Jonnelle Marte dan Craig Torres - Bloomberg News
Bloomberg - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed menahan suku bunga acuan di level 5% hingga 5,25%. Namun, mereka memberi sinyal akan melanjutkan pengetatan di beberapa titik untuk mengendalikan inflasi.
"Mempertahankan suku bunga pada rapat kali ini memungkinkan komite untuk menilai informasi tambahan dan implikasinya terhadap kebijakan moneter," isi pernyataan tertulis Komite Rapat Terbuka Federal Reserve (FOMC) Rabu (14/06/2023).

Hasil pemungutan suara FOMC menunjukan dari 18 orang, 12 mendukung suku bunga berada pada atau di atas kisaran 5,5% hingga 5,7%. Ini berarti sebagian besar pembuat kebijakan moneter ini setuju pengetatan lebih lanjut diperlukan untuk menahan tekanan harga. Para pejabat moneter ini pun mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga dua kali lagi sebelum akhir tahun.
Gubernur bank Sentral AS Jerome Powell mengatakan hampir semua pejabat the Fed memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga naik "sedikit lebih jauh" di 2023 adalah keputusan yang tepat untuk menurunkan inflasi. Ia menolak mengatakan apakah kenaikan tersebut bisa terjadi secepatnya pada Juli, tetapi menekankan rapat akan digelar secara "langsung".
"Tekanan inflasi terus berada di level tinggi, dan proses untuk menurunkan inflasi menjadi 2% masih jauh," kata Powell dalam jumpa pers setelah rapat di Washington, AS itu.
Powell juga mengatakan komite "menilai dengan bijaksana" keputusan untuk mempertahankan suku bunga bulan ini, mengingat percepatan kenaikan suku bunga sebelumnya. Ia menambahkan menahan suku bunga merupakan kelanjutan dari upaya mengurangi percepatan kebijakan tersebut.
"Kami telah membahas banyak hal, dan efek penuh dari pengetatan masih belum terasa," katanya.
Indeks saham S&P 500 langsung turun setelah keputusan tersebut. Dolar melemah, dan imbal hasil obligasi dua tahun AS melonjak ke level tertinggi sejak Maret.
--Dengan asistensi dari Vince Golle, Sophie Caronello dan Liz Capo McCormick.
(bbn)