Hal ini sesuai keinginan anggota koalisi mereka yaitu PKS dan PAN yang tak mau sosok capres dan cawapres adalah kader Partai Gerindra. Sehingga pada Pemilu 2019, capres adalah kader Gerindra yaitu Prabowo, sedangkan cawapres adalah calon independen yaitu Sandiaga Uno.
Kali ini, kepergian Sandi sepertinya bukan kesepakatan politik dengan Gerindra. Karena, Sandi menyeberang ke partai yang bukan anggota koalisi Gerindra di Pemilu 2024.
PPP sendiri tercatat sebagai anggota koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Koalisi ini telah menentukan sosok capres yaitu Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. PPP sendiri sengaja merekrut Sandi sebagai upaya mengajukannya sebagai cawapres bagi Ganjar.
"Seperti yang saya sampaikan, perjuangan saya ini 4S, kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas. Jadi saya akan totalitas untuk berjuang bersama PPP," kata Sandi.
Berharap mendongrak elektabilitas partai
Plt Ketua Umum PPP, Muhammad Mardiono menuturkan, Sandi telah melewati rangkaian 'ospek' sebelum bergabung ke PPP. Menurut dia, Menparekraf tersebut sudah mengenal tentang sejarah, perjalanan, dan kader PPP di seluruh Indonesia.
"Alhamdulillah sudah mau dua bulan terakhir ini ospeknya sudah kita nyatakan lulus dan kemudian pada sore hari ini kita lantik menjadi mahasiswa baru," kata dia.
Mardiono juga berharap, Sandi akan menjadi magnet penarik dukungan suara PPP pada pemilihan presiden dan pemilihan legislatif. Hal ini merujuk pada elektabilitas dan popularitas Sandi yang sebenarnya tak jauh menurun dari perhelatan Pemilu 2019.
"Efek elektoral itu menjadi bagian dari harapan dari PPP. Tapi kalau saya membawa dari bahasa saya, Itu mungkin yang kita tunggu-tunggu itu mungkin efek hoki. Karena beliau itu, di mana selalu sukses dalam karirnya," tutur Mardiono.
(ibn/frg)