Logo Bloomberg Technoz

Untuk itu, Tutuka memastikan pemerintah akan menyiapkan kontrak dengan syarat dan ketentuan yang lebih menarik dibandingkan dengan kontrak di WK lainnya. Namun, dia belum bisa menjelaskan apa yang membuat kontrak Lapangan D-Alpha Blok Natuna bisa lebih menarik.

"Beberapa perusahaan migas sudah menyampaikan ketertarikan [untuk mengelola] Lapangan D-Alpha Blok East Natuna, tetapi masih belum bisa diberikan informasi siapa karena itu sensitif sekali," ujarnya.

Produksi dan salur gas per Mei 2023. (Sumber: Kementerian ESDM)


Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, Lapangan D-Alpha Blok East Natuna memiliki potensi kandungan gas mencapai 222 triliun kaki kubik (TCF). Namun, tingginya kandungan CO2 membuat kandungan gas yang bis dieksploitasi kemungkinan hanya sekitar 46 TCF.

Risiko Geopolitik

Lebih lanjut, Tutuka menyebut tantangan lain yang harus dihadapi dalam proses lelang Lapangan D-Alpha Blok East Natuna adaalah isu geopolitik. Ladang gas tersebut bersinggungan langsung dengan Laut China Selatan yang belakangan ini menjadi sumber kekisruhan antara China dan Amerika Serikat (AS) beserta sekutu-sekutunya.

“Itu sangat politis soalnya karena itu di perbatasan dan dahulu itu bekas perusahaan Amerika Serikat, dulu kan ExxonMobil jadi kalau begitu yang masuk dari Rusia, dari China begitu, Amerika balik enggak,” ungkapnya.

Sejak pertama kali ditemukan adanya kandungan gas pada 1973, Lapangan D-Alpha Blok Natuna belum juga digarap atau dieksploitasi. Raksasa migas asal AS, ExxonMobil sebenarnya sudah mengantongi hak pengelolaan pada 1989, akan tetapi tak kunjung digarap hingga akhirnya pemerintah mencabut hak tersebut pada 2007.

Pada 2008, pemerintah menyerahkan pengelolaan ladang gas tersebut ke PT Pertamina (Persero). Perusahaan migas plat merah itu kemudian membentuk konsorsium yang terdiri dari ExxonMobil, Total Exploration and Production (E&P), Petroliam Nasional Berhad atau Petronas, dan  PTT Exploration and Production (PTT EP) Thailand.

Konsorsium itu akhirnya bubar di tengah jalan. ExxonMobil memutuskan untuk hengkang pada 2017 dengan pertimbangan kelayakan bisnis di WK tersebut, diikuti oleh PTT EP tidak berselang lama.

(rez/wdh)

No more pages