Sebagai catatan, puncak produksi gas yang dihasilkan dari ladang gas tersebut diperkirakan mencapai 9,5 juta ton per tahun (MTPA) dan 150 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan bahwa gas yang diproduksi oleh Lapangan Abadi Blok Masela sebagian besar akan didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Beberapa pelaku industri di dalam negeri juga sudah menyatakan minatnya untuk menyerap gas yang diproduksi oleh ladang gas tersebut.
“Sudah ada PJBG, paling enggak ada MoU. Sudah ada komitmen untuk offtake, selain domestik juga ada beberapa [dari luar negeri]. Kami prioritaskan untuk memenuhi kebutuhan domestik,” katanya ketika ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jumat (14/6/2023).
Proses alih kelola 35% hak partisipasi atau participating interest (PI) Lapangan Abadi Blok Masela dari Shell Upstream Overseas atau Shell ke Pertamina dan Petroliam Nasional Berhad atau Petronas akan dimulai pada akhir Juni 2023.
Shell memutuskan untuk hengkang dari proyek Lapangan Abadi Blok Masela pada 2020 meninggalkan Inpex Corporation yang mengantongi 65% PI.
(rez/wdh)