Rencana tersebut belum sepenuhnya selesai, dan mungkin dapat berubah, lanjutnya. Dewan Negara China kemungkinan akan membahas kebijakan tersebut paling cepat pada Jumat (16/06/2023), namun tidak jelas kapan bisa diumumkan atau diterapkan. Rincian lebih lanjut soal ruang lingkup proposal tersebut tidak akan tersedia dalam waktu dekat.
Larry Hu, kepada ekonomi China di Macquarie Group Ltd., mengatakan penurunan suku bunga menandakan sikap Beijing ke arah yang lebih mendukung, dan berbagai langkah kebijakan akan diambill ke arah yang sama.
"Kebijakan adalah satu-satunya dobrakan" dalam menghadapi lemahnya kepercayaan konsumen dan bisnis dalam eknomi, kata Hu. "Pemotongan suku bunga hari ini mengirimkan sinyal jelas bahwa kebijakan tersebut akan lebih mendukung dalam beberapa bulan mendatang. Sebuah perubahan signifikan dari pengurangan stimulus sejak April."
Pihak berwenang telah mengambil berbagai langkah yang ditargetkan baru-baru ini untuk meningkatkan ekonomi di sektor-sektor tertentu. Bank-bank negara terbesar di China diizinkan untuk menurunkan suku bunga simpanan pekan lalu, membantu mengurangi tekanan pada margin keuntungan mereka. Insentif pajak dan dukungan kredit sedang digulirkan untuk pasar mobil, khususnya mobil listrik. Keringanan pajak juga sedang dipertimbangkan untuk perusahaan manufaktur kelas atas.
Yuan dalam negeri memangkas kerugian sebanyak 0,3% untuk diperdagangkan 0,1% lebih lemah pada 7,1570 per dolar. Sementara imbal hasil obligasi pemerintah China selama 10 tahun mengalami penurunan sebanyak empat basis poin pada level terendah dalam sembilan bulan.
Sementara investor kemungkinan akan menyambut upaya lebih lanjut otoritas China untuk mendukung perekonomian, banyak yang akan bergantung pada ukuran akhir dan susunan langkah-langkah stimulus. Reaksi pasar yang redup terhadap penurunan suku bunga acuan jangka pendek bank sentral pada Selasa (13/06/2023) menunjukkan peningkatan skeptimisme bahwa kebijakan moneter saja dapat menghidupkan kembali ekonomi yang terbebani oleh rekor tingkat utang, memudarnya permintaan global, dan kepercayaan yang lemah pada bisnis dan konsumen yang diguncang oleh pergeseran kebijakan yang tak dapat diprediksi selama bertahun-tahun.
Kekhawatiran tentang rapunya keuangan, terutama di antara pemerintah daerah China dan pengembang properti, juga membuat pembuat kebijakan berhati-hati dalam mengulangi kebijakan mega-stimulus untuk membantu menghidupkan kembali ekonomi dari penurunan sebelumnya.
Bank sentral dan badan perencanaan nasional tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Pemerintah China menetapkan target pertumbuhan yang relatif konservatif, sekitar 5% untuk tahun ini. Dengan penurunan aktivitas baru-baru ini yang mengaburkan prospek untuk tujuan tersebut.
Tanda-tanda perlemahan baru juga muncul di pasar perumahan China, yang merupakan salah satu pendorong pertumbuhan terbesar, meskipun ada 16 poin rencana penyelamatan pada November. Sementara kebijakan baru dapat membantu mengurangi kejatuhan secara tiba-tiba di sektor ini, mereka tidak mungkin membuka pinjaman dan memacu pembelian dalam waktu dekat.
Analis di Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan adanya perlambatan properti tahun jamak, mengatakan pembuat kebijakan tampaknya enggan menggunakan real estat sebagai alat stimulus jangka pendek, dan ingin mengurangi ketergantungan ekonomi pada industri ini. China dapat melonggarkan kredit untuk pembeli rumah baru dan upgrader, mengizinkan pemotongan tambahan pada tingkat hipotek dan rasio uang muka. Selanjutnya melakukan pelonggaran pada pembatasan pembelian rumah, kata mereka dalam sebuah catatan.
Gubernur Bank Rakyat China Yi Gang pekan lalu berjanji untuk meningkatkan "penyesuaian counter-cyclical", sebuah perubahan yang menurut beberapa analis mengisyaratkan lebih banyak pelonggaran. Ia juga berjanji untuk "melakukan semua upaya yang mendukung ekonomi riil" karena pemulihan permintaan lebih rendah dari pasokan.
Penjualan di sektor real estat telah gagal menyusul rebound singkat awal tahun ini. Pengembang swasta hingga perusahaan milik negara, dan kota-kota kecil hingga kota-kota besar mengalami kesulitan, di mana "pasar sekunder terdampak dari para penjual yang bersemangat meskipun penjualan anjlok", tulis analis Nomura Holdings Inc. yang dipimpin oleh Lu Ting.
Menurut Bloomberg Economics, utang pengembang menggunung, sama dengan sekitar 12% dari PDB China, hingga berisiko gagal bayar. Penurunan baru industri perumahan telah menjadi faktor utama yang membebani pasar China tahun ini.
Ukuran utama saham pengembangan China telah turun sekitar 20% tahun ini, dengan Sunac China Holdings Ltd jatuh 68%. Bijih besi turun sekitar 6% tahun ini, setelah reli mulai memudar pada pertenghan Maret.
(bbn)