“Kemungkinan besar dalam waktu dekat impor bawang putih akan masuk dan bawang putih harganya di China itu US$800 [per ton, turun dari sekitar US$1.300 per ton], sehingga harga bawang putih di Indonesia dalam 1—2 bulan akan turun,” tuturnya.
Harga bawang putih di Negeri Panda sempat menyentuh US$1.300 per ton beberapa bulan lalu. Saat ini, harga komoditas pangan tersebut diketahui sudah mengalami penurunan ke level US$1.200 per ton.
Sebagai catatan, 95% pasok bawang putih Indonesia selalu diamankan dari impor. Sebagian besar di antaranya didatangkan dari China yang memproduksi lebih dari 19 juta ton setiap tahunnya.
Hingga 29 Mei 2023, Kemendag baru menerbitkan SPI untuk impor 176.503 ton bawang putih. Volume tersebut baru 20,8% dari RIPH Kementan sebanyak 849.797 ton.
Adapun, untuk realisasi impor dari SPI yang sudah terbit menurut Arief mencapai sudah 137.589 ton atau 78% dari volume yang sudah diizinkan. Dengan demikian, masih ada 38.914 ton impor belum terealisasi.
Sementara itu, untuk produksi dalam negeri diperkirakan hanya 23.337 ton hingga akhir tahun ini. Total produksi dalam negeri selama setahun masih lebih rendah dari kebutuhan per bulan untuk bawang putih yang reratanya mencapai 55.000 ton.
Berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional Januari—Desember 2023, kebutuhan bawang putih nasional selama tahun ini diprediksi mencapai 652.000 ton, sedangkan produksi dalam negeri hanya 18.000 ton. Adapun, stok awal atau carry over dari 2022 hanya sebanyak 143.000 ton.
“Untuk neraca komoditas bawang putih dari Januari—Juli 2023, total ketersediaan 394.263 ton. Untuk kebutuhan di periode yang sama mencapai 389.447 ton,” terang Arief.
(wdh)