“Lalu juga penyediaan benih tanah kekeringan, pengembangan pupuk organik, serta dukungan pembiayaan KUR [kredit usaha rakyat] dan asuransi pertanian,” lanjutnya.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan belum lama ini mengatakan turunya produksi pangan tidak akan terjadi di beberapa wilayah. Wilayah tersebut diharapkan mampu memasok kekurangan kebutuhan pangan di wilayah yang mengalami El Nino.
“Beda dengan wilayah bumi bagian barat, di Amerika Latin itu produksi [pangan] sedang bagus. Kedelai bagus, gandum juga bagus,” ujarnya.
Bagaimanapun, dia tidak menampik El Nino akan mengakibatkan berkurangnya produksi pangan. Terbukti, fenomena alam tersebut merupakan biang keladi dari kekeringan yang luas di sejumlah negara belakangan ini.
“Ini memang sudah masuk [musim] El Nino, di India itu panasnya luar biasa. Juga sebagian China, Asia Tenggara juga, Malaysia itu panasnya tidak seperti biasa. Tentunya akan berpengaruh terhadap produksi pangan. Jadi, kita semua mesti siap-siap,” katanya, akhir Mei.
Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas) hingga April 2023 jumlah ketersediaan pangan secara nasional meliputi ketersediaan beras 36,68 juta ton dan kebutuhan sebesar 30,85 ton serta ada surplus 5,82 juta ton.
Kemudian, untuk jagung ketersediaannya sebesar 22,60 juta ton dengan kebutuhan nasional sebesar 16,66 juta ton, kedelai ketersediaan 2,92 juta ton dan kebutuhan sebesar 2,75 juta ton, bawang merah ketersediaan 1,50 juta ton dan kebutuhan sebesar 1,20 juta ton.
Bawang putih ketersediaan 776.668 ton dan kebutuhan sebesar 669.181 ton, cabai besar ketersediaan 1,36 juta ton dan kebutuhan sebesar 936.372 ton, cabai rawit sebesar ketersediaan 1,50 juta ton dan kebutuhan sebesar 918.843 ton.
Sementara itu, daging ayam ras ketersediaan 2023 sebesar 4,11 juta ton dan kebutuhan sebesar 3,50 juta ton, telur ayam ras ketersediaan 6,17 juta ton dan kebutuhan sebesar 5,88 juta ton, gula konsumsi ketersediaan 4,84 juta ton dan kebutuhan sebesar 3,40 juta ton.
Sekadar catatan, El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Adanya pemanasan SML ini mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik Tengah sehingga akan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
(wdh)