Demikian pula pada Kota Ternate yang mengalami peningkatan realisasi inflasi hingga 0,34% pada Mei 2023. Tiga kelompok utama penyumbang inflasi hingga 1,29% adalah makanan, minuman, dan juga tembakau. Sejumlah komiditas yang masih mengalami inflasi tinggi adalah bawang merah, beras, bensin, dan angkutan udara.
Sejumlah komoditas bahan makanan juga menjadi pendorong peningkatan inflasi di Kabupaten Sumenep. Berdasarkan data BPS, terjadi peningkatan harga bahan pangan hingga 4,3%, pada Mei 2023.
Menurut Tito, tren komoditas yang masih dominan harganya naik di beberapa daerah memang daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang putih. Sebagai negara produsen, pemerintah masih bisa menerima peningkatan inflasi dari komoditas tersebut karena berdampak pada kesejahteraan petani atau peternak.
Akan tetapi, dia menilai, pemerintah harus mewaspadai dan memberi peringatan kalau inflasi meningkat terlalu tinggi dan berlangsung secara terus menerus. “Kalau kenaikan dalam harga yang masih dapat ditolerir mungkin masih bisa kita kendalikan, dan tidak memberatkan masyarakat,” ujar Tito.
Meski demikian, secara nasional, dari Juli 2022 hingga Mei 2023, laju inflasi Indonesia terus terkendali. Meski sempat mencapai 6%, kata Tito, laju inflasi turun bertahap hingga saat ini berada pada angka 4%. Angka ini merupakan terendah sejak Juli 2022.
“Sekali lagi fakta ini menunjukkan bahwa apa-apa yang kita lakukan itu sudah on the right track dan kita tinggal perlu konsistensi dan jangan bosan,” kata dia.
Namun, kata Tito, angka inflasi ini masih jauh dari target pemerintah yaitu sekitar 3%. Hal ini masih penuh tantangan karena kondisi ekonomi global yang tengah tak menentu. Meski memiliki capaian ekonomi positif, sejumlah negara terutama Eropa tengah mengalami resesi. Kondisi ini bisa saja menimbulkan dampak bagi ekonomi Indonesia, termasuk angka inflasi.
(frg/wep)