Para periset BMI –lembaga riset Fitch Solutions, bagian dari Fitch Ratings– sebelumnya optimistis harga timah dunia berkesempatan rebound pada tahun ini, seiring dengan potensi gangguan pasok akibat berbagai kebijakan yang menghambat ekspor konsentrat mineral logam dari Indonesia dan Myanmar.
BMI mengestimasikan sentimen moratorium ekspor sebagian konsentrat mineral oleh Indonesia, per Juni 2023, bakal mengerek harga timah tahun ini dari perkiraan awal US$20.000/ton menjadi US$25.000/ton.
Selain akibat kebijakan di Indonesia, pasokan dan harga timah dipengaruhi kelompok milisi Wa di Myanmar, yang pada 16 April 2023, mengumumkan penangguhan kegiatan penambangan timah mulai Agustus. Mereka mempunyai tujuan untuk memproteksi cadangan sumber daya yang tersisa setelah bertahun-tahun penambangan.
Menurut data USGS, Myanmar merupakan produsen timah terbesar ketiga dunia dengan perkiraan cadangan sebesar 700 kiloton (kt) atau 15% dari total cadangan timah global. Produsen timah nomor wahid adalah China dengan cadangan 800 kt, disusul Indonesia dengan 720 kt.
“Asosiasi Timah Internasional telah memperingatkan [kebijakan Myanmar] dapat mengancam hampir 10% pasok konsentrat timah dunia. Selain itu, Indonesia –eksportir timah terbesar dunia– telah mengumumkan larangan ekspor timah batangan mulai Juni 2023, meski hal ini belum dikonfirmasi,” papar BMI dalam laporan yang dilansir akhir Mei.
Bagaimanapun, permintaan timah ditaksir masih akan terus melemah sepanjang tahun ini di tengah memburuknya berbagai indikator ekonomi dan tingkat inflasi di berbagai negara, yang berbanding lurus dengan lesunya permintaan terhadap produk elektronik; yang notabene pangsa pasar utama komoditas timah.
“Tim Konsumer kami mengestimasikan permintaan jangka pendek, 2022—2023, tidak akan sekencang 2021. Permintaan yang melemah ini memberikan kelegaan bagi pembuat cip dan perusahaan elektronik di tengah perjuangan mereka melawan isu rantai pasok dan meningkatnya biaya produksi,” tulis laporan tersebut.
Atas dasar tersebut, BMI memperkirakan pertumbuhan konsumsi timah dunina hanya akan mencapai 0,3% yoy pada 2023, dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan tahun lalu sebesar 0,5% yoy.
(wdh/wep)