BBRI juga meningkatkan penjualan aset kredit bermasalah (Non-Performing Assets). Adapun pendapatan dari penjualan aset kredit bermasalah ini mencapai Rp2,9 triliun pada kuartal I-2023, dengan pendapatan lelang mencapai Rp470 miliar.
Tercatat, pendapatan lelang naik 33,4% dengan tingkat efektivitas lelang mencapai 18,68%, tumbuh 0,05% secara tahunan.
Dengan demikian, BBRI menargetkan laba dari penjualan aset bermasalah mencapai Rp13,3 triliun pada 2023, naik 28% secara tahunan.
Faktor lainnya datang dari pertumbuhan kredit yang lebih cepat dari aset dengan yield tinggi. Analis RHB Sekuritas juga melihat pertumbuhan akan terjadi pada sisi kredit mikro, terutama yang menargetkan nasabah menengah ke bawah, akan tumbuh lebih cepat pada semester-II seiring dengan pulihnya ekonomi.
Sementara, CoF dan CIR diperkirakan turun. Hingga saat ini, BBRI belum menawarkan tingkat bunga khusus dana murah (Current Account Saving Account/CASA) untuk menjaga likuiditas setelah melewati musim Lebaran.
CIR, yang turun signifikan ke 41,83% pada Maret 2023, (Adapun pada Maret 2022 CIR Bank BRI ada pada level 47,38%), diperkirakan masih akan mengalami penurunan lebih lanjut. Terlebih lagi terdapat peningkatan efisiensi melalui digitalisasi perbankan, dan sinergi antara Bank BRI, PNM, dan Pegadaian.
(fad/wep)