“Keputusan China untuk mendorong mahasiswa kembali ke Australia adalah hal yang bagus. Ini terjadi tepat jelang tahun ajaran baru. Jadi segala sesuatunya harus mulus untuk menyambut kembali sekitar 40.000 mahasiswa China yang sekarang masih di luar Australia, “ kata Catriona Jackson, Chief Executive di Universities Australia, dalam keterangan resmi.
Mark Tanner, Managing Director di China Skinny (perusahaan pemasaran), menyebut upaya pemerintah kembali mendorong mahasiswa berkuliah di luar negeri adalah langkah untuk memperbaiki hubungan dengan AS dan negara-negara lain.
“Negara-negara seperti Australia, Selandia Baru, Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Kanada yang memiliki porsi mahasiswa asal China yang besar tentu akan menikmati tambahan pendapatan,” katanya.
Pada 2019-2020, China mengirimkan sekitar 372.000 orang pelajar ke AS. Jumlah itu berkurang menjadi 290.000 pada 2021-2022 karena pandemi dan hubungan Washington-Beijing yang meregang.
Negara tuan rumah diperkirakan bisa mendapat keuntungan dari kembalinya mahasiwa China.
“Tambahan pelajar berarti tambahan lapangan kerja di negara yang sedang kesulitan mendapatkan pekerja upah rendah, jika visanya memungkinkan. Secara umum, ini akan menciptakan hubungan yang lebih positif antara kedua negara,” lanjut Tanner.
(bbn)