Baik Williams dan Goldman yakin Twitter, yang telah lama dikritik karena tak cukup cepat berinovasi atau menghasilkan cukup uang, berada di jalur yang lebih baik di bawah kepemimpinan sebelumnya. Perusahaan telah banyak berinvestasi dalam keamanan, dan laporan mengenai konten negatif telah berkurang. Dalam laporan pedapatan terakhirnya sebagai perusahaan publik, Twitter menghasilkan US$1,18 miliar, namun masih mengalami kerugian bersih sebesar US$270 juta. Pertumbuhan penguna juga tampak stabil, dan dengan penurunan ekonomi yang membayangi, Goldman mengakui kala itu Twitter dalam kondisi rentan: “Saya hanya merasa seharusnya tidak menjadi sekonyol ini.”
Sejak Musk mengambil alih, Twitter telah kehilangan lebih dari setengah pendapatan iklan karena sejumlah merek tak lagi percaya pada situs tersebut untuk menghapus konten kekerasan, pornografi, dan ujaran kebencian. Twitter juga mencatat lebih dari 75% karyawannya di-PHK atau mengundurkan diri. Twitter telah diguncng oleh kesulitan teknis, termasuk selama kampanye pemilu Gubernur Florida Ron DeSantis baru-baru ini.
Jack Dorsey, salah satu pendiri Twitter lain dan menjadi CEO dari 2015 hingga 2021, membantu mengatur akuisisi Musk, dan pada awalnya mendukung. Menyebutnya sebagai “solusi tunggal yang saya percaya” untuk masa depan perusahaannya, yang dikatakannya lewat tweet pada April 2022. Namun, ia juga baru-baru ini kecewa dengan akuisisi tersebut, dan mengatakan bahwa ia merasa “semua tidak berjalan seperti yang diharapkan.” Saat ditanya apakah Musk adalah pemegang terbaik platform tersebut, Dorsey menjawab “tidak”.
Williams, yang merupakan CEO Twitter dari 2008 hingga 2010, mengatakan kepada The Circuit bahwa ia belum berbicara lagi dengan Dorsey akhir-akhir ini.
“Saya tidak marah pada Jack,” kata Williams. “Menurut saya dia telah membuat kesalahan… Dia sangat peduli… tapi saya menduga semua tak berjalan sesuai harapannya.”
Juga di acara yang sama, beberapa karyawan Twitter yang menyaksikan akuisisi Musk membagikan pengalaman mereka. “Cara PHK yag dilakukan, sama sekali tidak ada ampun,” kata Sheon Han, insinyur perangkat lunak yang mengundurkan diri tak lama setelah akuisisi Musk. Mantan insinyur lain, Manu Cornet, menyamakan pengalaman tersebut dengan “serial Netflix yang buruk.”
Helen-Sage Lee, yang merupakan manajer program di Twitter, mengatakan telah diberhentikan dari pekerjaannya karena misinformasi pemilu beberapa hari sebelum tengah semester. “Saya menangis selama satu jam penuh,” katanya. “Saya sedih karena kehilangan pekerjaan dan tempat kerja yang sebenarnya sangat saya sukai.”
Ada juga kesedihan bahwa di bawah Musk, Twitter tidak akan pernah seperti dulu lagi, meskipun jauh dari sempurna. Twitter adalah permata unik di internet dan di dunia. Masih belum ada yang seperti itu,” kata Erik Berlin, antan manajer teknis. “Punya satu ruang di mana Anda bisa men-tweet ke anggota kongres, dan kemungkinan mereka melihatnya dan membalas, hal tersebut tdai akan terjadi di Facebook. Tidak akan terjadi juga di Instagram, begitu juga TikTok.”
Musk tidak menanggapi permintaan komentar. Ia telah menjelaskan bahwa ia mencoba membawa “kebebasan berbicara” ke Twitter. Namun kenyataannya, emnjalankan jaringan seperti Twitter tidak sesederhana membiarkan semua orang memposting, kata salah satu mantan karyawan.
“Orang-orang di luar tidak tahu kompleksitas dan perhatian yang masuk ke dalam keputusan ini, tentang apa saja yang bisa dipertahankan,” kata Williams. “Hal ini mengingatkan saya pada metafora berbeda bahwa Anda seperti sedang mengadakan pesta. Dan tiba-tiba seseorang merusak suasana.”
Williams mengatakan pasti ada kemungkinan Musk berhasil mengubah Twitter menjadi “pesta yang baik,” namun “pada umumnya hal baru tidak datang dari hal lama.” Dia memprediksi masa depan Twitter bisa persis seperti Yahoo atau Myspace. Meskipun kedua situs tersebut masih ada, brand value mereka turun dengan signifikan. Merek Twitter mungkin akan selamanya berubah.
“Menurut saya pemulihan mereka jauh lebih sulit, dan sekarang merek tersebut sangat terkait dengan Elon,” kata William.
Di titik ini, Williams mempertanyakan premis Twitter. “Mungkin kami punya ide yang salah degan Twitter, dan kini sudah saatnya beralih ke ide lain,” katanya. Seraya menambahkan bahwa akan menarik untuk membantu orang menjadi lebih sosial secara online tanpa mengkonsumsi atau membuat konten. “Ide tentang ‘media sosial’ mungkin adalah hal yang paling saya pertanyakan saat ini.”
—Dengan asistensi dari Lauren Ellis.
(bbn)