Harga biji kopi, yang digunakan dalam kopi instan dan espresso itu, telah melonjak lebih dari 50% sejak awal tahun karena pasokan yang ada gagal memenuhi permintaan yang melonjak. Krisis biaya hidup telah mendorong konsumen dan para roaster beralih ke varietas itu ketimbang arabika yang lebih mahal.
Di saat para roaster meningkatkan jumlah robusta dalam campuran kopi mereka, para petani pun berjuang untuk mengimbanginya. Kombinasi biaya pupuk yang lebih tinggi dan kekeringan pun telah menjadi tantangan tersendiri bagi hasil panen mereka.
Hal ini akan membuat pasar kopi global mengalami defisit untuk musim ketiga berturut-turut pada 2023-2024.
Vietnam, negara penanam kopi robusta terbesar di dunia, mungkin membukukan hasil panen terkecilnya dalam empat tahun. Panen di Brasil, produsen varietas No. 2, diperkirakan akan turun 5% sementara produksi Indonesia diproyeksikan turun 20% karena kondisi cuaca buruk.
(bbn)