Wakil Menteri Luar Negeri Chang Ho-jin mengeluarkan peringatan keras kepada Xing Haiming dalam sebuah pertemuan hari Jumat atas apa yang dilihat Seoul sebagai pernyataan "provokatif". Chang menyebut ucapan Xing tidak dapat diterima dan merupakan campur tangan dalam politik dalam negeri Korea Selatan.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol telah mencoba menyeimbangkan hubungan dengan AS, sekutu keamanan utama negaranya, dan China, mitra dagang terbesarnya.
Ia menunjukkan dukungan pada pemerintahan Biden untuk restrukturisasi rantai pasokan global yang mengurangi ketergantungan pada China. Hal tersebut menuai kritik dari Beijing.
Presiden China Xi Jinping akhir tahun lalu bertemu dengan Yoon dan menyerukan peningkatan kerja sama di bidang manufaktur berteknologi tinggi. Ia juga bekerja sama untuk mempertahankan sistem perdagangan bebas secara global yang menjamin keamanan rantai pasokan.
Pernyataan tersebut kemungkinan merujuk pada tekanan yang telah diterapkan AS kepada rekanannya di sektor keamanan termasuk Korea Selatan, Belanda, Taiwan, dan Jepang untuk mematuhi pembatasan penjualan cip canggih dan peralatan pembuatan cip ke China, di mana pembuat semikonduktor utama Korea Selatan, seperti SK Hynix Inc. dan Samsung Electronics Co. memiliki fasilitas di sana.
“China akan terus mengupayakan berbagai langkah untuk membantu perusahaan Korsel yang berinvestasi di Tiongkok agar bisa terus tumbuh,” kata Xing dalam pertemuan tersebut.
Duta Besar Xing Haiming juga menyarankan Korea Selatan untuk melangkah dengan hati-hati terkait Taiwan, pulau yang memiliki pemerintahan sendiri. Partai Komunis China bersumpah akan mengambil alih kembali Taiwan suatu hari nanti, bahkan dengan kekerasan jika perlu.
“Masalah Taiwan sangat penting bagi China, dan hal tersebut merupakan pondasi dari hubungan China-Korea Selatan. Jadi ada janji serius yang dibuat oleh Korea Selatan kepada China ketika kami menjalin hubungan diplomatik,” kata Xing merujuk pada peresmian jalinan hubungan antara Seoul dan Beijing sekitar tiga dekade lalu.
Dalam pertemuan dengan Biden di Washington pada April, Yoon membuat pernyataan terkuat yang pernah dibuat oleh Korea Selatan kepada Taiwan Street. Ia menyatakan penolakan keras terhadap tindakan sepihak apapun di wilayah tersebut.
Yoon telah meningkatkan kerja sama militer dengan AS sejak menjabat lebih dari satu tahun yang lalu, dan telah berjanji untuk mengambil tindakan keras terhadap China. Menteri Luar Negeri Park Jin meminta Rusia dan China, pemasok utama Korea Utara, untuk memainkan peran yang lebih konstruktif di Dewan Keamanan PBB, yang menurutnya “hampir lumpuh” ketika harus mengekang ambisi nuklir Pyongyang.
Melalui wawancara eksklusif dengan Yonhap News, Park mengatakan Seoul akan menggunakan statusnya sebagai anggota tidak tetap dewan yang baru terpilih untuk mendorong China dan Rusia.
Kedua negara tersebut telah menggunakan hak veto mereka di dewan untuk mencegah hukuman baru terhadap Kim Jong Un atas uji coba rudal balistik yang melanggar resolusi sebelumnya.
Duta Besar Xing Haiming juga menyebutkan isu-isu regional dalam pembicaraannya dengan anggota parlemen Korea Selatan, mengatakan ia menentang rencana Jepang untuk melepaskan air limbah yang diolah dari pembangkit nuklir Fukushima Dai-Ichi yang lumpuh akibat tsunami.
Masalah ini menimbulkan kekhawatiran di Korea Selatan, dan Yoon menugaskan delegasi ahli bulan lalu untuk mengumpulkan informasi.
“Tampaknya Jepang menggunakan Samudra Pasifik sebagai selokan demi mendapatkan keuntungan ekonomi. Ini sangat tidak bertanggung jawab,” kata Xing.
—Dengan asistensi dari Sangmi Cha.
(bbn)