Pembatasan yang diusulkan muncul ketika hubungan China dengan Uni Eropa tampak stabil, setelah sanksi Uni Eropa terhadap pejabat China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia menggagalkan perjanjian investasi yag telah lama dinanti. Sejak Xi Jinping kembali menjabat untuk yang ketiga kalinya pada Oktober, para pemimpin di Jerman dan Prancis telah berkunjung ke Beijing. Sementara Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen telah mencoba meredakan ketegangan dengan menyarankan negara-negara Uni Eropa untuk “mengurangi risiko” daripada “memisahkan” diri dari China.
Hubungan antara Uni Eropa dan China dapat memperumit kunjungan yang direncanakan oleh Perdana Menteri China Li Qiang ke Jerman akhir bulan ini,. Direncanakan ada pula perjalanan kepala urusan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell ke China pada Juli yang semula dtetapkan pada April, tetapi batal karena Covid-19.
Ketika pembatasan tersebut pertama kali dilaporkan pada bulan lalu, juru bicara Menteri Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan “jika laporan yang disebutkan itu benar, tindakan Uni Eropa akan secara serius merusak kepercayaan dan kerja sama antara China dan Uni Eropa dan memperdalam perpecahan dan konfrontasi dunia.”
China menghadapi daftar sanksi, tarif, dan kontrol ekspor yang semakin meningkat dari Amerika Serikat (AS) dan sekutunya saat ketegagan geopolitik meningkat. Beijing telah berjuang untuk merespons dengan cara yang membuat China terlihat tangguh tanpa menakut-nakuti perusahaan asing, atau merusak rantai pasokan negara.
Pembalasan apapun terhadap tindakan terbaru Uni Eropa kemungkinan harus ditargetkan di tingkat institusional, kata salah satu sumber.
Duta Besar China untuk Uni Eropa, Fu Cong mengatakan, Beijing masih ingin menyelesaikan masalah ini dengan cara kooperatif. Hal itu dia sampaikan dalam sebuah wawancara yang diterbitkan bulan lalu melalui situs kedutaan Uni Eropa China. Ia mendesak Uni Eropa memberikan bukti bahwa perusahaan China terlibat dalam aktivitas yang menggagalka sanksi Uni Eropa terhadap Rusia.
“Jika pihak Eropa menjatuhkan sanksi pada perusahaan China tanpa memberi bukti kuat maka kami akan membalas,” katanya.
(bbn)