Di awal 2021 jika Anda bersedia membayar S$3.000 yang merupakan rata-rata harga sewa bulanan untuk apartemen pribadi di Singapura, Anda berkesempatan menemukan rumah yang sesuai dengan anggaran bahkan di area premium seperti Orchard.
Sekarang, menemukan apartemen dengan harga sewa S$3.000 di Orchard menjadi misi yang hampir mustahil.
Ketika seorang ekspatriat muda Amerika di industri teknologi mencoba memperbarui sewa apartemen satu kamar tidur di kawasan pusat bisnis Singapura, pemilik apartemen menaikkan harga sewa hingga 50%. Dia akhirnya pindah ke apartemen dua kamar tidur di pinggiran kota dengan “nilai yang jauh lebih tinggi”.
Dia sekarang menghabiskan dua kali lebih banyak dari pendapatan untuk menutup pengeluaran sewa dibanding dua tahun lalu. Dia menganggap dirinya “beruntung” karena harga pasar untuk tempatnya saat ini sudah melonjak sekitar seribu dolar.
Sewa di daerah pusat Sinagpura, rumah bagi “distrik utama” tradisional, telah meningkat lebih dari 40%. Banyak keluarga mengejar properti di distrik ini karena mengincar sekolah unggulan bagi anak-anak mereka.
Penurunan pasokan apartemen senilai S$3.000 tersebar ke seluruh negeri. Dalam empat bulan pertama 2021, 54% dari sewa baru adalah untuk harga di bawah S$3.000. Untuk periode yang sama tahun ini, penyewa hanya bisa mengakses 12% apartemen yang ada di pasar.
Dengan pilihan tersedia yang jauh lebih sedikit untuk anggaran sewa S$3.000, sebagian besar yang tersedia sekarang adalah apartemen satu kamar tidur. Menemukan flat yang lebih besar untuk keluarga menjadi lebih menantang.
Sewa rata-rata untuk sebuah apartemen melonjak menjadi S$4.400. Penyewa dengan anggaran terbatas mungkin juga harus mencari di luar area pusat. Singapura adalah wilayah seluas 710 kilometer persegi atau sekitar 274 mil persegi.
Permintaan sewa terutama berasal dari orang asing. Adapun sekitar 80% penduduk Singapura tinggal di perumahan umum dan hampir 9 dari 10 penduduk memiliki rumah.
Sewa rata-rata empat bulan pertama 2021 adalah S$3.580, bandingkan dengan sat ini yang sudah menyentuh S$5.200.
Singapura menyamai New York dalam membukukan pertumbuhan sewa tertinggi pada semester satu tahun lalu. Di pusat keuangan Asia lain yaitu Hong Kong, pasar properti di sana jarang mengalami penurunan meskipun harga sewa masih lebih mahal daripada Singapura.
Pertumbuhan sewa Singapura diperkirakan akan melemah untuk sisa tahun ini karena lebih banyak pasokan.
Savills Singapore mengharapkan kenaikan harga sewa tumbuh antara 5%-10% tahun ini. Segmen properti mewah, berpeluang mencatat kenaikan harga minimal 10% karena beberapa individu asing yang kaya mungkin memilih untuk menyewa apartemen setelah pemerintah Singapura menaikkan pajak untuk pembeli nonresiden.
Hal ini akan memberikan ketenangan pikiran bagi penduduk lokal dan ekspatriat, kata Marcus Loo, Kepala Eksekutif Savills Singapura.
Demikain pula Bloomberg Intelligence memproyeksikan pertumbuhan melambat jadi kurang dari 5% pada semester kedua tahun ini.
Pemerintah Singapura menegaskan, mereka memproyeksikan akan ada 40.000 rumah selesai dibangun pada tahun ini, tertinggi dalam lima tahun terakhir dan sekitar 100.000 unit lagi pada 2025. Rumah tangga yang saat ini masih menyewa sementara sambil menunggu rumah baru selesai dibangun akan pindah dari unit mereka, katanya.
"Kami tahu ada kekhawatiran di kalangan penyewa,” kata Indranee Rajah, Menteri Kedua Bidang Pembangunan Nasional dan Keuangan pada Konferensi Real Estate Mei lalu. “Namun, kami memperkirakan tekanan di pasar persewaan akan mereda di kuartal mendatang. Ada sejumlah besar unit perumahan swasta dan publik yang beroperasi selama beberpa tahun ke depan.”
(bbn)