Bahkan ada pelaku pasar yang memperkirakan BoK akan mulai berbalik arah. Kemungkinan Gubernur Rhee Chang-yong akan menurunkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps dalam enam bulan ke depan.
Bulan lalu, Rhee mengungkapkan bahwa tiga dan tujuh anggota Dewan Gubernur ingin pengetatan moneter berakhir kala suku bunga acuan menyentuh 3,5%. Kemudian ada dua anggota yang membuka opsi kenakan lebih lanjut dan satu anggota bahkan ingin siklus pengetatan moneter berakhir di 3,25%. Rhee enggan menyampaikan pandangannya.
Pelaku pasar memperkirakan rapat BoK bulan ini akan fokus ke perlambatan ekonomi. Tahun lalu, masih kuatnya sektor perdagangan membuat BoK yakin bahwa perekonomian Korea Selatan mampu beradaptasi dengan suku bunga tinggi. Namun kini keyakinan itu mulai luntur karena penurunan ekspor, termasuk semikonduktor.
Meski demikian, inflasi masih bertahan di kisaran 5%, cukup jauh di atas target BoK yang sebesar 2%. Posisi (stance) kebijakan The Fed pun membuat BoK harus tetap memasang mode siaga.
Saat selisih suku bunga dengan AS menjauh, maka mata uang won Korea berisiko mengalami depresiasi. Ini bisa menyebabkan inflasi makin tinggi karena kenaikan biaya impor.
“Untuk saat ini, BoK akan memprioritaskan inflasi ketimbang pertumbuhan ekonomi dengan mempertahankan sikap hawkish. Sejauh ini pasar tenaga kerja dan penjualan ritel masih kuat sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi,” sebut laporan Standard Chartered Plc.
Namun jika benar BoK akan mulai menghentikan siklus pengetatan moneter, maka mereka akan menjadi yang pertama melakukannya.
(aji)