Gagal Menguat, Hari Ini Rupiah Berpeluang Membalik Arah: Teknikal
Muhammad Julian Fadli
08 June 2023 08:54
Bloomberg Technoz, Jakarta - Setelah gagal mencetak penguatan tiga hari berturut-turut dengan melemah tipis pada perdagangan kemarin, rupiah hari ini berpeluang membalikkan arah.
Pada penutupan perdagangan Rabu (7/6/2023), pairing USDIDR ditutup di level Rp14.878, membawa nilai tukar rupiah melemah 0,12% atau kehilangan 18 bps. Pelemahan rupiah terjadi di tengah penguatan mayoritas mata uang emerging Asia terhadap dolar Amerika.
Namun, hari ini laju itu mungkin berbalik arah. Dari kacamata analisis teknikal, nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat dengan target terdekat adalah ke area Rp14.851/US$. Bila level itu berhasil dijebol, rupiah berpeluang melanjutkan penguatan ke kisaran Rp14.828/US$.
Sebaliknya, saat sentimen di pasar tidak berpihak pada rupiah, dari sisi teknikal mata uang Indonesia berpotensi meluncur lemah ke support terdekat pada level Rp14.900/US$. Bila tembus juga, maka hari ini rupiah bisa semakin meluncur ke kisaran Rp14.926/US$ sebagai level support lanjutan di area MA-50.
Indeks dolar AS tercatat melemah pada pukul 8:34 WIB, Kamis hari ini (8/6/2023), sedangkan indeks MSCI Emerging Currency Index ditutup menguat tipis 0,05% kemarin.
- Animo pemodal terhadap pasar obligasi domestik masih tinggi terindikasi dari yield SUN/INDOGB yang cenderung rendah pada perdagangan Rabu kemarin.
- Lelang Sukuk SBSN kebanjiran peminat dengan nilai incoming bids di atas Rp60 triliun
- Penawaran SBN ritel Sukuk Tabungan seri ST010 berhasil menarik dana investasi Rp15 triliun.
- Bank Dunia (World Bank) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2023 dari 1,7% menjadi 2,1%.
- Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diprediksi mencapai 4,9%, naik dari prediksi World Bank semula sebesar 4,8%.
- OECD, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi juga menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2023, dari 2,6% menjadi 2,7%.
- Kinerja perdagangan China mengecewakan dengan capaian ekspor yang turun 7,5%, pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir. Sedangkan impor China tercatat turun 4,5%, mengantarkan surplus neraca perdagangan sebesar US$65,81 miliar. Itu adalah nilai surplus terkecil sejak Februari di tengah pelemahan permintaan global.
- Pelaku pasar mengantisipasi rilis data inflasi (Consumer Price Index/CPI) Amerika Serikat dan pertemuan FOMC Federal Reserve pekan depan. Inflasi AS diperkirakan melambat secara bulanan pada Mei akan tetapi inflasi inti diprediksi masih tinggi.