Maka dari itu, upaya kenaikan suku bunga paling agresif dalam beberapa tahun, ditambah dengan kenaikan harga-harga serta upah pekerja, telah menciptakan lingkungan yang kurang positif bagi perusahaan untuk menumbuhkan kinerja dan laba.
Sekitar 90% responden survei memproyeksikan inflasi akan terus bergerak turun pada 2023, akan tetapi masih akan berada di atas target The Fed pada level 2%. Ini berhubungan dengan keraguan investor saham karena pertanyaan tentang berapa lama inflasi akan tetap tinggi telah mempersulit investor untuk memposisikan diri pada 2023.
Pendapat mengenai market yang bullish sangat minoritas, hanya 18% dari keseluruhan peserta survei. Mereka berharap akan meningkatkan eksposur mereka pada indeks S&P 500 dalam satu bulan ke depan. Lebih dari setengah mengatakan mereka akan mempertahankan eksposur mereka tetap sama, sementara sekitar 27% memperkirakan akan mengantisipasi penurunannya.
Pertanyaan utama saat kinerja laba bergulir adalah bagaimana dengan nilai pertumbuhan. Ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda perlambatan ringan yang merupakan keinginan awal bank sentral karena tengah berusaha meredakan tingkat inflasi tanpa memicu penurunan tajam pada sisi lainnya.
Para pelaku pasar memperkirakan aktivitas ekonomi AS akan terkontraksi pada kuartal kedua dan ketiga. "Ini bisa menjadi resesi AS yang paling ditunggu-tunggu jika terjadi, dengan beberapa indikator ekonomi sudah menunjukkan bahwa hal itu sangat mungkin," kata Sheldon dari RDM Financial Group. "Pasar saham mungkin sudah mencapai titik terendah, tetapi saya tidak akan terkejut melihat kelemahan tambahan pada musim semi saat investor menggabungkan data ekonomi yang lebih lemah dan keuntungan yang lebih rendah.”
Para pelaku pasar obligasi memperkirakan gambaran ekonomi AS saat ini cukup mengkhawatirkan, sehingga The Fed harus memangkas kebijakan harga swap pada tahun ini. Bagian dari spekulasi itu adalah ekspektasi bahwa inflasi akan terus turun, memberikan ruang bagi The Fed untuk berpindah arah kebijakan.
"Sejarah mengatakan, sembilan bulan setelah kenaikan suku bunga terakhir, The Fed akan cenderung memangkas suku bunga," kata Sam Stovall, strategis investasi CFRA, dalam wawancara dengan Bloomberg TV, seperti dilansir dari Bloomberg News.
Itu berbeda dengan pesan dari sejumlah pejabat The Fed yang mengatakan mereka akan menaikkan suku bunga di atas 5% dan tidak akan menurunkannya tahun ini.
Lebih dari setengah peserta survei mengatakan mereka setuju dengan Jeffrey Gundlach, kepala eksekutif investasi DoubleLine Capital LP, bahwa yang terbaik saat ini adalah mengamati apa yang terjadi pada pasar obligasi tentang arah kebijakan The Fed, sebagai lawan dari sinyal dari pejabat bank sentral.
Ancaman yang jelas adalah itu bisa berubah menjadi angan-angan di pihak para pemegang saham yang terpukul pada tahun lalu karena The Fed merespons secara agresif terhadap inflasi yang meningkat signifikan dan imbal hasil surat utang AS melonjak.
Beberapa investor memperingatkan agar tidak melawan arah dari kebijakan The Fed, terutama sudut pandang dari sisi ekonomi, seperti halnya pasar tenaga kerja, yang menunjukkan ketahanan di tengah biaya pinjaman yang lebih tinggi.
"Pasar obligasi pemerintah cukup berpuas diri," kata Tracy Chen, seorang manajer portfolio di Brandywine Global Investment Management. "Saya tidak berpikir The Fed akan memangkas suku bunga pada tahun ini dengan kemungkinan tidak senang dengan situasi pasar kerja. Jadi mungkin ada aksi jual lainnya dalam pasar obligasi pemerintah."
(bbn)