Pada titik ini, tema jalinan timeline multidimensi sudah dilakukan dengan lebih baik berkali-kali; termasuk dalam Spider-Verse, yang akan bersaing dengan The Flash di daftar box office.
Meskipun bukannya tanpa momen-momen menyenangkan, Film The Flash yang sering kali mengganti cameo tetap menunjukkan aura kelelahan yng menyelimuti pembuatan film tersebut. Hal yang paling menarik adalah penampilan ganda dari Ezra Miller, sebagai pahlawan super Barry Allen. Dalam film ini, Barry secara tidak sengaja bertemu dengan dirinya yang lebih muda.
Namun pujian terhadap akting Miller tentu selaras dengan sejumlah peringatan. Hal ini merujuk pada sejumlah masalah yang kerap ditimbulkan sang aktor di tengah masyarakat. Dia telah ditangkap beberapa kali karena perilaku tidak tertib, pelecehan dan penyerangan, dan didakwa melakukan tindak kriminal dan pencurian.
Warner Bros Pictures telah membela Miller. Dalam sebuah pernyataan tahun lalu, Miller mengatakan sedang mencari pengobatan untuk "masalah kesehatan mental yang kompleks." Namun, pesona Miller sebagai Flash tak bisa dihapuskan dari perilakunya di luar studio.
The Flash sendiri adalah salah satu gebrakan terakhir dari DC Extended Universe. Upaya Warner Bros untuk mengikuti jejak Marvel. DCEU awalnya dipimpin oleh sineas Zack Snyder.
Kini DCEU telah dipimpin oleh James Gunn dan Peter Safran yang baru saja ditunjuk sebagai kepala eksekutif DC Studios. Hal ini membuat film The Flash terasa seperti sisa-sisa perebutan kekayaan intelektual sebelumnya.
Disutradarai oleh Andy Muschietti (It), The Flash dimulai dengan pahlawannya yang berperan sebagai anggota lapis kedua dari aliansi superhero Justice League.
Saat Barry mempersiapkan diri untuk menghadiri sidang untuk ayahnya (Ron Livingston), yang dituduh secara keliru telah membunuh ibunya (Maribel Verdú), ia menemukan bahwa jika ia berlari cukup cepat, ia dapat kembali ke masa lalu.
Meskipun Batman versi Ben Affleck menasihati tidak mencampuri masa lalu, Barry menerjang ke masa lalu untuk menyelamatkan ibunya. Namun, hal itu tidak berjalan sesuai rencana.
Dalam perjalanannya kembali ke masa kini setelah diam-diam mengubah sejarah, Barry justru terlontar terlalu dini dari "Chronobowl," mekanisme yang digunakannya untuk berlari melintasi waktu.
Setelah keluar, dia justru memasuki garis waktu di mana orang tuanya bahagia dan versi dirinya yang berusia 18 tahun adalah seorang mahasiswa yang mudah bergaul.
Keputusan menjaga ibunya tetap hidup, ternyata, membuat Barry berada di dunia di mana rekan-rekan satu timnya di Justice League tidak ada.
Kurangnya pahlawan super lainnya menjadi masalah ketika penjahat asal Planet Krypton, Jenderal Zod (Michael Shannon) tiba di Bumi. Dalam situasi normal, Superman yang akan berhadapan dan menang melawan Zod.
Namun, di dunia Barry saat ini, Superman tidak dapat ditemukan. Sebagai gantinya, kedua Barry mencari Bruce Wayne atau Batman. Ternyata, orang yang berada di balik kostum kelelawar tersebut bukan Ben Affleck, tapi Michael Keaton.
Wayne yang diperankan Keaton pada awalnya bersikap dingin, tapi tidak butuh waktu lama untuk bergabung dengan tim. Barry, Barry dan Bruce akhirnya memulai misi penyelamatan untuk membebaskan Superman, yang ternyata adalah Supergirl (Sasha Calle).
Bersama-sama, kru pahlawan super yang tidak biasa ini mencoba menghentikan Zod yang ingin menghancurkan dunia.
Keaton, yang selalu menyenangkan, kembali ke persona kelelawarnya, dengan menggunakan kepekaannya yang terasah dengan baik akan waktu dan binar matanya yang aneh.
Sementara itu, Calle memerankan dirinya dengan baik sebagai pahlawan super yang menakutkan. Namun naskah film ini tidak memberikan banyak hal yang bisa dilakukan oleh karakter tersebut.
Konsep multiverse, jika digunakan dengan baik, dapat digunakan untuk kegilaan atau kedalaman eksistensial. The Flash jelas melakukan keduanya. Film ini nyaris berhasil melakukannya, namun pada akhirnya, film ini hanya mengandalkan konsep multiverse sebagai wadah nostalgia murahan. Untuk waralaba ini, setidaknya, satu alam semesta sudah cukup.
(bbn)