Cakupan es laut Arktik biasanya paling rendah pada bulan September, di akhir musim panas, sebelum muncul kembali di bulan-bulan musim gugur dan musim dingin, serta memuncak pada bulan Maret. Hilangnya es dari Arktik ini akan punya dampak global.
Karena perbedaan suhu antara Kutub Utara dan garis lintang yang lebih rendah menyempit, fluktuasi aliran jet akan menjadi lebih intens. Arktik yang lebih hangat akan mempercepat pencairan permafrost, dan melepaskan lebih banyak gas rumah kaca ke atmosfer, mempercepat putaran umpan balik yang berbahaya. Lapisan es Greenland kemungkinan juga akan mencair lebih cepat, yang berarti naiknya permukaan laut.
“Jika es laut Arktik mencair lebih cepat dari yang diperkirakan, maka yang dapat segera kita perkirakan adalah pemanasan Arktik akan lebih cepat,” kata Seung-Ki Min, seorang penulis studi dan penulis IPCC, juga profesor ilmu lingkungan di Universitas Sains dan Teknologi Pohang, Korea Selatan.
Studi baru tersebut memajukan penelitian sebelumnya dengan memisahkan dan mengukur dampak buatan manusia, atau antropogenik, gas rumah kaca pada hilangnya es dibandingkan dengan faktor lain yang dapat menyebabkan variabilitas data, seperti letusan gunung berapi. Ditemukan bahwa sekitar 90% pencairan es laut Arktik disebabkan oleh manusia, dibandingkan 10% karena kekuatan alam.
Ketika dampak yang disebabkan oleh manusia dapat diukur dan diintegrasikan ke dalam model iklim, hal tersebut memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kapan es akan menghilang dari Arktik, dibandingkan menggunakan metode lain, misalnya dengan mengestrapolasi tren suhu sebelumnya, kata Mark Serreze, direktur National Snow & Ice Data Center di Universitas colorado Boulder, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
“Sudah takdir bahwa kita akan kehilangan es laut pada akhir musim panas di Kutub Utara di masa depan,” kata Serreze. “Pertanyaannya selalu kapan, dan pernyataan kapan ini diperumit oleh sejumlah faktor.”
Diantaranya adalah kekurangan yang terdapat dalam model iklim yang ada, dan variabilitas alami berjumlah besar pada data iklim. Dalam satu tahun, perubahan pola cuaca hampir tidak mungkin diprediksi, sementara fenomena seperti El Nino atau La Nina bisa menyebabkan perubahan pola iklim dalam hitungan tahun.
Mengetahui bahwa hilangnya es laut, terutama disebabkan oleh aktivitas manusia, sehingga seharusnya manusia dapat bekerja untuk memperlambat hilangnya es tersebut, kata Notz.
Namun, seiring dengan membaiknya permodelan iklim, akan ada lebih banyak berita buruk yang datang, katanya. “Saya berharap semakin banyak studi semacam ini yang keluar. Melihat bagaian lain dari sistem bumi, yang juga akan mengatakan: ‘Kami telah memperingatkan kalian sepanjang waktu; kalian tidak bereaksi dan sekarang sudah terlambat untuk melakukan sesuatu.’”
—Dengan asistensi dari Eric Roston.
(bbn)