“Masih harus koordinasi dengan pihak sebelumnya (Shell). Kemudian juga koordinasinya tidak semudah yang diperkirakan. Dari segi etika bisnis, kita juga belum bisa menyampaikan apa-apa karena memang belum confirm semuanya,” tutur Fadjar.
Fadjar menambahkan, pemilihan KKKS yang akan terlibat dalam pengelolaan Lapangan Abadi Blok Masela dilakukan lewat sejumlah pertimbangan. Tidak hanya terkait dengan besaran investasi yang disanggupi oleh mereka.
“Semua kita perhitungkan. Dengan konsorsium berapa kalau sendiri itu berapa kita hitung. Semua opsi kita exercise. Pertimbangan semuanya," kata dia.
Sementara itu Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memastikan alih kelola Lapangan Blok Abadi Masela sudah menemukan kesepakatan dengan Shell. Sama seperti Fadjar, dia enggan memberikan penjelasan lebih lanjut karena adanya perjanjian kerahasiaan atau non disclosure agreement (NDA).
“Kalau soal (Blok) Masela ini kita sudah tanda tangan NDA. Ini jadinya kejutan ya,” kata Nicke.
Sebelumnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sudah mengungkapkan adanya kesepakatan alih kelola Lapangan Abadi Blok Masela antara Shell dan Pertamina.
"Insyaallah Blok Masela akhir bulan ini akan kita diselesaikan perjanjian jual alih sahamnya, sudah ada titik temu," katanya dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi VII DPR RI, Senin (5/6/2023).
Namun Arifin enggan mengungkapkan berapa nilai kesepakatan yang dicapai antara kedua pihak. Saat ini hal tersebut masih menjadi pembahasan karena Kementerian ESDM menilai besarannya tidak wajar.
Arifin sempat menyebut kalau nilai alih kelola yang ditawarkan oleh Shell masih terlalu tinggi bagi perusahaan minyak dan gas (migas) milik negara.
"Belum ketemu (harganya). Kalau yang satu kasih harga keterlaluan dan yang satu lagi nawar (harga) keterlaluan ya enggak ketemu," katanya ketika ditemui oleh awak media pada Jumat (26/5/2023).
Arifin enggan memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai nilai alih kelola proyek Lapangan Abadi Blok Masela yang ditawarkan oleh Shell. Namun, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pernah menyampaikan Pertamina harus merogoh kocek minimal US$1,4 miliar untuk aksi akuisisi ini sesuai dengan investasi yang sudah digelontorkan oleh Shell.
(red/ezr)