Pembatalan acara-acara di China makin gencar menyusul skandal yang melibatkan komedian Li Haoshi, yang bercanda tentang slogan militer Presiden China Xi Jinping. Pihak berwenang China mendenda Xiaguo, yang memproduksi pertunjukan tersebut, sekitar US$ 2 juta dan melarang perusahaan tersebut untuk memproduksi pertunjukan di Beijing dan Shanghai hingga waktu yang tidak ditentukan.
Meski demikian, selain yang bertema LGBT, sebagian besar acara yang dibubarkan tampak terlalu politis, misalnya konser “What the Folkstival" di Beijing dan konvensi The Ladies Who Tech di Shanghai.
Setelah kira-kira tiga tahun lockdown Covid, acara-acara seni dan budaya di China mulai ramai. Perbatasan juga dibuka kembali untuk pertunjukkan asing.
Namun, pembatalan mendadak menambah ketidakpastian pada kalender hiburan musim panas dan musim gugur di China. Meskipun seringkali tidak jelas siapa yang menghentikannya atau mengapa.
Secara umum, kegiatan dan perayaan LGBTQ menjadi lebih moderat dalam beberapa tahun terakhir. Di bawah pemerintah Xi Jinping, yang mendorong adat istiadat sosial yang lebih konservatif, tekanan negara terhadap komunitas LGBTQ telah meningkat.
--Dengan asistensi Stella Ko.
(bbn)