Sejumlah data terkait jasa dan angka permintaan atas pabrik di AS akan rilis Senin, dan bisa memberi petunjuk lebih terperinci soal arah penyehatan ekonomi negeri paman sama.
“Data angka tenaga kerja pada Jumat tampak ‘menancapkan paku di peti mati’ dan memberi kekhawatiran atas kenaikan suku bunga,” tulis Peter Tchir, kepala strategi makro Academy Securities.
“Pasar telah memutuskan [memang sepertinya harus demikian] bahwa kita hampir selesai untuk kenaikan suku bunga, dan kecuali kita mendapatkan data inflasi yang buruk, setiap kenaikan di masa mendatang akan kecil kemungkinan terjadi dan menjadi penghalang.”
Pertaruhan bahwa The Fed akan menahan suku bunganya, seiring dengan reli yang terjadi pada saham-saham perusahaan teknologi besar. Segala hal terkait kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah membumbungkan nilai ‘Big Tech’. S&P 500 pada Jumat ditutup dengan penurunan 20% dari level terendahnya pada Oktober. Sementara itu, Cboe Volatility Index turun menuju level terendah sejak Februari 2022. Indeks yang populer disebut VIX tercatat naik 3,6% pada Senin.
Kepala investasi dari Nuveen, Saira Malik, menjelaskan terjadi resesi kecil di AS, tetapi tahun depan mungkin ada “efek penghambat pertumbuhan dari sisi kebijakan pengetatan moneter.”
“Sementara itu, inflasi tinggi besar kemungkinan terus terjadi. Kami perkirakan para investasi akan mengalokasikan pada aset riil, yang dapat memberikan perlindungan atas inflasi,” ucap dia, merujuk pada data lahan pertanian.
Di tempat terpisah, saham-saham di Eropa mengalami penurunan sementara sebagian saham di Asia menguat. Nikkei 225 naik 2,2% pada Senin, menjadi yang tertinggi sejak Juli 1990 dengan posisi investor yakin bahwa Yen melemah akan meningkatan keuntungan bagi perusahaan.
-Dengan asistensi David Watkins, Hooyeon Kim, Tassia Sipahutar dan Anchalee Worrachate.
(bbn)