Inflasi inti kerap kali menjadi ukuran untuk melihat perkembangan daya beli. Sebab, inflasi inti berisi barang dan jasa yang harganya persisten, tidak mudah naik-turun.
Ketika pertumbuhan harga yang 'bandel' ini sampai melambat, sering dilihat sebagai sinyal bahwa konsumen mengurangi belanja. Oleh karena itu, menjadi tanda adanya penurunan daya beli.
Menanggapi hal tersebut, Pudji menilai ada faktor musiman yang membuat inflasi (terutama inflasi inti) mengalami perlambatan. Usai Ramadan-Idul Fitri, permintaan masyarakat biasanya memang menurun.
"Kita tidak bisa menyatakan indikasi melemahnya daya beli karena kecendreungan berkurangnya permintaan setelah Ramadan dan lebaran, khususnya barang-barang manufaktur," tegasnya dalam jumpa pers di kantornya hari ini.
Permintaan konsumen, lanjut Pudji, kini beralih ke komponen lain yaitu harga bergejolak (volatile) yang didominasi oleh makanan. "Khususnya makanan dan minuman," ujarnya.
(aji)