Alexandra Harris dan Christopher Condon - Bloomberg News
Bloomberg, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Sabtu (03/05/2023) lalu telah menandatangani RUU plafon utang yang mencabut batas pinjaman negara itu setelah negosiasi yang panjang dan alot dengan DPR.
Dengan ditandatanganinya RUU ini, AS pun bebas dari ancaman bencana gagal bayar. Namun demikian, hal ini akan menyebabkan tsunami surat utang atau obligasi.
Beleid itu memberikan lampu hijau bagi pemerintah AS untuk mengeluarkan surat utang baru setelah gangguan yang terjadi beberapa bulan ke belakang karena adanya batas utang.
Sejak pertengahan Januari, ketika mencapai plafon utang $31,4 triliun, Departemen Keuangan telah menggunakan langkah-langkah akuntansi khusus untuk mempertahankan pembayaran utang pemerintah. Hanya ada US$33 miliar yang tersisa pada 31 Mei.
Departemen Keuangan AS juga telah menghabiskan saldo kasnya, yang turun di bawah US$23 miliar pada 1 Juni — tingkatan yang menurut para pakar cenderung rendah.

RUU yang menangguhkan batas utang hingga 1 Januari 2025 itu membuka jalan bagi Departemen Keuangan AS untuk membangun kembali kasnya ke tingkat yang lebih normal. Awal bulan lalu, departemen telah memperkirakan tingkat saldo kas sebesar US$550 miliar hingga akhir Juni. Defisit fiskal yang melebar juga memberi tekanan pada mereka untuk meningkatkan utang.
Lelang utang pun akan membengkak. Proses pengisian kembali saldo — yang dapat mendorong jumlah penerbitan surat utang baru senilai jauh lebih dari US$1 triliun — dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan, yaitu menguras likuiditas dari sektor perbankan, menaikkan tingkat pendanaan jangka pendek, dan memperketat ekonomi AS yang menurut banyak ekonom telah mengarah ke resesi.
Bank of America Corp. memperkirakan gelombang penerbitan surat utang itu dapat memiliki dampak ekonomi yang sama dengan kenaikan suku bunga seperempat poin oleh The Federal Reserve.
Pada Kamis lalu, departemen mengatakan berencana untuk meningkatkan jumlah penawaran obligasi bertenor tiga bulan dan enam bulan sebesar US$2 miliar masing-masing dalam pekan ini.
Mereka juga telah meningkatkan penerbitan surat utang bertenor empat bulan, yang menjadi tolok ukur utang terbarunya.
--Dengan asistensi Benjamin Purvis.
(bbn)