Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Mei. Konsensus ekonom yang disurvei Bloomberg sampai hari ini memperkirakan inflasi IHK Mei akan semakin rendah ke 4,21%, dibanding 4,33% pada April.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi menguat terbatas menuju resistance terdekat MA-50 pada level Rp14.958/US$ dan resistance selanjutnya pada level Rp14.940/US$ sebagai level optimis penguatan rupiah dalam tren jangka pendek.
Adapun nilai rupiah memiliki level support psikologis pada level Rp15.000/US$ apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support selanjutnya pada level Rp15.034/US$.
Dana asing reposisi
Tekanan yang dihadapi oleh nilai tukar rupiah selama Mei lalu tidak bisa dilepaskan dari reposisi pemodal asing di pasar keuangan domestik. Untuk pertama kalinya sejak Februari, pemodal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencatat posisi jual bersih bulanan senilai US$16,4 juta selama Mei lalu.
Mengacu pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia yang mencatat Rp15.003/US$, nilai outflow itu setara dengan Rp2,46 triliun.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, posisi kepemilikan asing di SBN per 29 Mei lalu tergerus ke Rp829,98 triliun, menurun Rp1,34 trilun dalam sehari saja.
Pelemahan rupiah pada Mei ini sejatinya sudah terprediksi mengingat secara historis permintaan dolar Amerika pada Mei selalu tinggi ditambah beban utang luar negeri jatuh tempo dan impor BBM oleh Pertamina.
Hitungan Bahana Sekuritas, pada Mei lalu tercatat nilai utang luar negeri jatuh tempo Indonesia sebesar US$4,5 miliar, sekitar Rp66 triliun. Di sisi lain, rupiah juga menghadapi tekanan pembayaran dividen korporasi yang menguras persediaan dolar AS di pasar. Perkiraan analis, kebutuhan dividen 12 perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia mencapai Rp140 triliun tahun ini, naik 20% dari tahun lalu sebesar Rp121,8 triliun.
Di saat yang sama, kebutuhan impor minyak dan gas oleh PT Pertamina (Persero) dan pembelian valasnya sekitar US$2,5 miliar - US$3 miliar sebulan.
-- dengan bantuan analisis teknikal dari M. Julian Fadli
(rui)