Logo Bloomberg Technoz

“Oleh karena itu, Bapak Presiden meminta PP No.1/2019 tentang Devisa Hasil Ekspor itu untuk diperbaiki,” lanjutnya.

Seperti yang diketahui, rupiah terus melemah sekitar 9% yang menyentuh level terendah dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Walaupun secara kumulatif, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor indonesia mencapai $244,14 miliar pada 2022 atau naik 30,97% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Berbagai komoditas utama seperti besi dan baja, bahan bakar fosil, dan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) berkontribusi dalam peningkatan tersebut.

Nilai ekspor yang tinggi tersebut imbas penundaan pengetatan kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia ketika ancaman resesi global, yang menyebabkan beberapa eksportir Indonesia memilih untuk menyimpan dana mereka di luar negeri, karena mereka dapat memanfaatkan suku bunga yang lebih tinggi. 

Selain itu, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekspor pada tahun ini akan tetap tumbuh positif meski melambat dibanding tahun lalu. Airlangga menjelaskan, pemerintah memproyeksikan nilai ekspor naik di level 12,8% dan nilai impor di level 14,9%.

“Pada 2022, ekspor kita tumbuh 29,4 % (yoy), impor tumbuh 25,37% (yoy). Pada tahun ini diproyeksikan, karena kita basisnya sudah tinggi, ekspornya naik di 12,8%, impornya 14,9%,” ungkapnya.

Terkait negara tujuan ekspor, menurut Airlangga, China masih menjadi negara dengan pangsa pasar yang tertinggi. Sementara itu, perdagangan antarnegara anggota ASEAN juga masih cukup tinggi.




(ibn/evs)

No more pages