Perhitungan kerugian bukan bersifat mutlak. Ini merupakan ‘unrealized loss’ atau kerugian yang tercatat dalam buku akibat turunnya harga saham BYAN di pasar modal Indonesia.
Nama Low Tuck Kwong dalam Bloomberg Billionaires (Rich) Index memang telah tergusur oleh dua pengusaha pemilik Grup Djarum, Budi Hartono dan Michael Hartono. Meskipun ketiga orang ini tercatat mengalami penurunan jumlah kekayaan, namun Low Tuck Kwong punya nilai ‘loss’ terbesar.
Dalam catatan Bloomberg terbaru Budi Hartono memiliki harta Rp387,4 triliun, turun Rp7,34 triliun. Michael, sang kakak juga turun Rp7,06 triliun dan menyisakan harta kekayaan Rp372,5 triliun. Sedangkan kekayaan Low Tuck Kwong ambles Rp22,35 triliun dalam catatan tersebut, menjadi Rp312 triliun.
Pada akhir penutupan perdagangan dua hari lalu di Bursa Efek Indonesia, turun 1.075 poin (6,6%) ke level Rp15.000/saham dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.075/saham. Transaksi BYAN hari itu mencapai Rp13,27 triliun dengan raihan harga tertinggi sempat menyentuh Rp16.100/saham, dan terendah pada posisi Rp14.950/saham.
Low Tuck Kwong termasuk pengusaha yang rajin membeli saham perusahaannya sendiri, dengan tujuan investasi. Berdasarkan data pada awal 2023, jumlah lembar saham yang digenggam sebanyak 20.312.695.370 (60,94%), dengan data per 11 April 2023 saat ini menjadi sejumlah 20.326.578.170 (60,98%).
Kinerja usaha BYAN juga mentereng. Perusahaan yang berbasis di Jakarta tersebut sukses menjual batu bara mencapai US$ 4,7 miliar (Rp 70 triliun) pada tahun 2022, dan menorehkan kenaikan laba bersih mencapai 79% menjadi US$ 2,17 miliar (Rp 32 triliun).
Low Tuck Kwong juga memiliki sumber kekayaan dari PT Voksel Electric Tbk (VOKS) dengan memiliki sejumlah saham sebanyak 329.331.640 (7,93%) atau senilai US$ 4,9 juta (Rp 72 miliar).
(wep/frg)