Apple sendiri menghentikan penjualan produk mereka di Rusia setelah invasi negara itu ke Ukraina, tetapi iPhone masih tersedia secara luas melalui skema impor paralel.
Perwakilan NSA menolak menanggapi hal ini. Juru bicara kedutaan China dan Israel di Washington juga tidak segera menanggapi permintaan tanggapan.
Secara terpisah, perusahaan keamanan siber yang berbasis di Moskow, Kaspersky, menerbitkan sebuah postingan di blog yang mengatakan belasan iPhone milik karyawannya telah diretas, dan itu termasuk rincian teknis tentang bagaimana operasi itu diduga berhasil.
Peretasan tidak terdeteksi selama bertahun-tahun, menurut posting itu. Namun, Kaspersky tidak mengidentifikasi siapa yang diyakini berada di balik serangan itu, yang digambarkannya sebagai "serangan dunia maya bertarget profesional yang sangat kompleks".
Dalam sebuah email, juru bicara Kaspersky mengatakan peretasan itu mulai ditemukan pada awal tahun. Pihak berwenang Rusia telah mengindikasikan bahwa serangan-serangan itu saling terkait. Adapun seorang karyawan Kaspersky men-tweet bahwa pernyataan FSB dan Kaspersky itu terkait. Kaspersky mengatakan spyware tersebut bekerja pada sistem operasi Apple versi lama.
AS selama ini memberi Ukraina dukungan intelijen dan perangkat keras militer, tetapi berusaha keras untuk menghindari konfrontasi langsung dengan Rusia. Selain itu, baru bulan lalu, Departemen Kehakiman AS mengumumkan bahwa mereka telah menggagalkan peretasan selama bertahun-tahun yang dilakukan oleh unit FSB terkenal bernama "Turla". Malware, yang disebut "Snake", diduga memengaruhi lebih dari 50 negara dan digunakan oleh peretas Rusia selama lebih dari 20 tahun, menurut AS.
(bbn)