Penambahan GOTO dalam indeks FTSE pada pertengahan Maret juga menjaring arus masuk lebih dari Rp400 miliar selama sebulan. Arus bersih diperkirakan dengan mengalikan harga harian rata-rata tertimbang volume (VWAP) saham dengan jumlah total saham yang dibeli dan dijual oleh investor asing yang disediakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tiga pemain Asia
GOTO bersama Sea Ltd dan Grab Holding menjadi tiga pemain digital economy yang menyediakan eksposur langsung ke lanskap e-commerce Asia. Dengan masuknya GOTO ke indeks global, itu akan membantu para pengelola modal global mendiversifikasi portofolio mereka terutama di sektor teknologi Asia.
JPMorgan Asean Equity Fund membeli saham GOTO senilai US$5,4 juta, setara 0,34% dari portofolionya, sembari melepas seluruh kepemilikannya di Grab senilai US$7 juta, menurut pengajuan terbaru. Sedang kepemilikan saham di Sea Ltd melampaui dua lainnya dengan bobot mendekati 5%.
Dari 100 reksa dana global yang memfokuskan pada aset-aset dari emerging market yang dipantau oleh Bloomberg dengan nilai aset total US$240 miliar, hanya 17 reksa dana saja yang memegang Grab dan belum ada yang memegang GOTO.
Sejauh ini, walau terjadi booming di sektor e-commerce di pasar emerging, representasi sektor teknologi kawasan ini di indeks global masih terbatas. Alhasil, dengan masuknya GoTo ke indeks global, wajah itu akan berubah.
Sejauh ini empat bank besar masih mendominasi lebih dari separuh bobot MSCI Indonesia Index di mana GoTo adalah satu-satunya perusahaan dari sektor berbeda dengan bobot 6%. Bobot itu menempatkan GoTo persis di belakang Astra International (ASII) yang sejauh ini menjadi saham terbesar kelima dari indeks tersebut.
Sektor keuangan mengalami penurunan bobot terbesar sebagai akibat dari penambahan tersebut. Adapun Indeks EM MSCI, bobot GoTo jauh lebih kecil sekitar 0,12%, mengingat kehadiran pasar utama seperti China. Baik Sea Ltd dan Grab Holdings adalah bagian dari MSCI Singapore Index, yang berada di bawah segmen pasar maju.
(rui)