Anthony Palazzo - Bloomberg News
Bloomberg, Melesatnya permintaan lemak hewani untuk menghasilkan biofuel bagi maskapai penerbangan Eropa, ditengarai bakal berdampak pada lonjakan produksi minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
Sebuah laporan dari kelompok advokasi transportasi berkelanjutan, Transport & Environment, memperhitungkan penerbangan dari Paris ke New York yang hanya ditenagai oleh bahan bakar biofuel limbah, seperti lemak hewani, membutuhkan sekitar 8.800 karkas babi.
Studi yang dilakukan oleh perusahaan konsultan Cerulogy itu menemukan bahwa subsidi Uni Eropa (UE) yang ditujukan mendorong penggunaan lemak olahan untuk bahan bakar transportasi darat dan udara, telah melipatgandakan permintaan biodiesel lemak hewani selama satu dekade terakhir.
Di tengah persediaan lemak hewani yang terbatas, permintaan yang tinggi terhadap biofuel rupanya mendorong kenaikan harga komoditas tersebut bagi industri pengguna lain seperti pabrikan sabun, kosmetik, dan makanan hewan.

Di sisi lain, lemak nabati seperti minyak kelapa sawit menjadi alternatif yang paling memungkinkan sebagai substitusi lemak hewani. Akan tetapi, penelitian tersebut menilai, hal tersebut sekaligus berisiko menciptakan kerusakan lingkungan baru karena perkebunan yang luas telah menyebabkan deforestasi di negara-negara seperti Indonesia.
“Selama bertahun-tahun kami telah membakar lemak hewani di dalam mobil tanpa sepengetahuan pengemudi. Sekarang mereka akan mengisi bahan bakar penerbangan Anda berikutnya. Namun, itu tidak bisa dipertahankan tanpa merampas sektor lain,” kata Barbara Smailagic, spesialis biofuel di T&E, dalam sebuah pernyataan via surel.
Penelitian tersebut menyoroti kesulitan membersihkan industri penerbangan yang pangsa emisi CO2-nya, sekarang mencapai antara 2%—3% secara global, dan diperkirakan terus meningkat dalam beberapa dekade mendatang.
Pembuat kebijakan Uni Eropa telah berusaha untuk mendorong penggunaan sebagian lemak limbah dalam produksi bahan bakar jet, karena memadukannya bersama bahan bakar fosil adalah salah satu dari sedikit cara untuk memangkas produksi gas rumah kaca industri dalam jangka pendek.
Maskapai termasuk Ryanair Holdings Plc dan Wizz Air Holdings Plc telah mencapai kontrak pasokan dengan penyedia seperti Neste Oyj, yang memproduksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan dari limbah terbarukan, dan bahan baku seperti minyak goreng bekas dan lemak hewani.
Studi Cerulogy juga menemukan tanda-tanda bahwa lemak hewani berkualitas tinggi –yang biasanya digunakan dalam makanan hewan, pakan ternak, dan kosmetik– juga makin banyak masuk ke dalam stok bahan bakar.
Lemak ini secara historis lebih mahal daripada produk sampingan hewan berkualitas rendah yang digunakan dalam biofuel.
Akan tetapi, subsidi UE yang diterapkan pada bahan yang lebih murah telah mengubah perhitungan, menciptakan insentif keuangan untuk salah memberi label pada lemak berkualitas lebih tinggi, menurut T&E.
(bbn)