Permintaan Dolar AS Mencapai Puncak Bikin Rupiah Terkapar Melemah
Ruisa Khoiriyah
01 June 2023 08:40
Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah mencatat kinerja terburuk pada Mei dengan kehilangan 2,2% dan membuat capaian penguatan sepanjang tahun ini tergerus tinggal 3,7% dibandingkan posisi akhir 2022. Pelemahan rupiah pada Mei ini sejatinya sudah terprediksi mengingat secara historis permintaan dolar Amerika pada Mei selalu tinggi ditambah beban utang luar negeri jatuh tempo dan impor BBM oleh Pertamina.
Nilai tukar rupiah melemah lebih dari 2% sepanjang Mei lalu tertekan aksi pemodal global yang mereposisi kepemilikan aset di pasar domestik dengan mencetak outflow hingga Rp2,46 triliun, pertama kalinya sejak Februari 2023. Pelemahan rupiah selama Mei itu menghapus capaian penguatan sejak awal tahun. Alhasil, bila menghitung dari posisi akhir tahun lalu, penguatan rupiah sampai akhir Mei lalu tersisa 3,7% saja.
Hitungan Bahana Sekuritas, pada Mei lalu tercatat nilai utang luar negeri jatuh tempo Indonesia sebesar US$4,5 miliar, sekitar Rp66 triliun. Di sisi lain, rupiah juga menghadapi tekanan pembayaran dividen korporasi yang menguras persediaan dolar AS di pasar. Perkiraan analis, kebutuhan dividen 12 perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia mencapai Rp140 triliun tahun ini, naik 20% dari tahun lalu sebesar Rp121,8 triliun.
Di saat yang sama, kebutuhan impor minyak dan gas oleh PT Pertamina (Persero) dan pembelian valasnya sekitar US$2,5 miliar - US$3 miliar sebulan.
"Ujian sebenarnya bagi kekuatan nilai tukar rupiah akan datang pada Mei nanti saat permintaan terhadap dolar AS akan naik tajam dari impor, pembayaran dividen dan pembayaran utang dolar AS,” kata Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, dalam catatan analisis yang diterima Bloomberg Technoz, pada pertengahan April lalu.