Kedekatan dengan Salim
Nama Agoes Projosasmito kembali muncul ke permukaan belakangan ini setelah manuvernya ke Grup Bakrie. Namun, tangan dinginnya sudah berkali-kali berhasil melenggangkan merger & acquisition (M&A) besar, seperti pendirian Star Energy dengan akuisisi operasi lepas pantai Conoco Phillips di Natuna pada 2002 hingga akuisisi situs geotermal Wayang Windu dari Credit Suisse dan Deutsche Bank pada 2004.
Agoes juga merupakan sosok kunci akuisisi Newmont Nusa Tenggara (NNT) dari Newmont Mining Corp. dan Sumitomo Corporation oleh Medco Energy (MEDC) tahun 2016. Total transaksi pengambilalihan perusahaan yang berganti nama menjadi Amman Mineral tersebut mencapai US$ 2,6 miliar atau setara Rp34,32 triliun (asumsi kurs Rp 13.200/AS kala itu).
Namun, jauh sebelum pendirian Amman, Agoes lebih dulu mendirikan PT Ithaca Resources, perusahaan pemilik konsesi batu bara di Berau, pada 2007. Perusahaan ini kabarnya adalah hasil kongsi antara Agoes bersama Grup Salim. Isu kedekatan keduanya pun menyeruak.
Tidak banyak informasi yang secara gamblang menyebut Agoes adalah 'tangan kanan' Anthoni Salim. Namun, dalam pernyataannya di sebuah media lokal, Agoes mengisyaratkan kedekatannya dengan bos Indofood tersebut.
Pada kesempatan itu, Agoes menjelaskan jika ia sejatinya sudah tidak ingin muncul ke permukaan demi memberikan kesempatan bagi para profesional muda. Namun, dirinya tetap akan 'turun gunung' jika diminta oleh Anthoni Salim.
Masuk BRMS
Pernyataan itu Agoes sampaikan di tengah santernya isu masuknya Grup Salim ke Grup Bakrie medio awal tahun lalu. Isu ini pun terjawab di semester kedua 2022.
Salim secara sistematis masuk ke PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan induknya, PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Salim disebut-sebut masuk ke BRMS melalui Emirates Tarian Global yang saat ini memiliki 25,10% saham BRMS. Lagi-lagi, tidak banyak informasi yang gamblang terkait perusahaan yang berlokasi di surga pajak Kepulauan Cayman tersebut.
Namun, indikasi masuknya Salim ke BRMS diperkuat oleh masuknya Agoes Projosasmito sebagai manajemen kunci. Ia menjabat sebagai direktur utama di BRMS.
Masuknya Agus diyakini sebagai upaya untuk mengakomodir kepentingan Emirates Tarian Global. Upaya tersebut juga sejalan dengan penuturan Herwin Hidayat, Direktur BRMS dalam sebuah keterangan video.
"Dengan perubahan struktur yang mewakili pemegang saham tertentu diharapkan mampu memunculkan sinergi ke depan," ujar Herwin.
Ia menjelaskan, pemerintah saat ini membatasi ekspor raw material. Hanya mineral yang telah diolah melalui smelter yang bisa diekspor.
Sementara, pembangunan smelter butuh investasi yang tidak sedikit. Kebetulan, Amman saat ini tengah membangun proyek tersebut.
Sehingga, BRMS cukup menjual produksinya ke Amman Mineral. Dengan kata lain, Amman Mineral akan menjadi guarantee offtaker produksi BRMS.
Selain Agoes, Teguh Boentoro masuk sebagai Komisaris BRMS. Perlu diketahui, Teguh juga menjabat sebagai komisaris independen di Amman Mineral Internasional.
BRMS sendiri masih dikendalikan oleh BUMI. Sementara, BUMI masih dimiliki Grup Bakrie melalui PT Bakrie Capital Indonesia sebagai pemilik 1,18% saham.
Namun, pengendalian BUMI saat ini dipegang oleh Mach Energy Limited dan Long Haul Holdings Ltd. Mach Energy Limited adalah entitas usaha Mach Energy Singapore Pte. Ltd., kendaraan investasi yang dikendalikan oleh Anthoni Salim.
Selain kedua konglomerasi terebut, ada juga keluarga Panigoro yang mempunyai kepemilikan di Amman Mineral, PT Medco Energi International Tbk (MEDC) tercatat mempunyai kepemilikan 20,81% dan PT Medco Services Indonesia memiliki 3,62%. Kedua perusahaan ini merupakan milik keluarga Panigoro.
Sebesar 21,46% saham MEDC sendiri dimiliki oleh Diamond Bridge Pte. Ltd. Perusahaan ini juga kabarnya dikendalikan oleh Anthoni Salim.
IPO Terbesar Tahun Ini
Amman akan melepas sebanyak-banyaknya 7,29 miliar saham atau setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Perusahaan menawarkan harga berkisar Rp1.650/saham hingga Rp1.775/saham. Sehingga, Amman berpotensi meraup dana segar Rp12,02 triliun hingga Rp12,93 triliun.
Amman akan menggunakan dana hasil IPO sebesar Rp1,79 triliun untuk setoran modal kepada PT Amman Mineral Industri. Amman Mineral Industri kemudian akan menggunakan setoran modal ini untuk pengeluaran modal proyek smelter di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
Kemudian, sebesar Rp3,05 triliun akan digunakan untuk melunasi utang kepada PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
Sisa dana IPO akan digunakan untuk setoran modal kepada AMNT melalui pengambilalihan saham baru yang akan diterbitkan oleh AMNT. Setelah adanya setoran modal ini, AMNT akan menggunakan dananya untuk ekspansi pabrik konsentrator dan pembangunan pembangkit listrik tenaga gas dan uap di Sumbawa Barat.
Jika sesuai target, IPO Amman Mineral akan menjadi IPO dengan nilai emisi terbesar tahun ini setelah PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) yang memperoleh Rp9,9 triliun dari IPO.
(dhf)