Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg News

Bloomberg, Teriknya cuaca terjadi di Shanghai. Pada wilayah Guangdong hingga Hainan juga mengalami peningkatan permintaan pasokan energi listrik. Kondisi ini terjadi saat kalender bulan mencapai bulan Juni.

Suhu yang mencapai rekor dan cuaca ekstrem akan menguji pasokan listrik pada jaringan. Ini terjadi setelah datangnya gelombang panas dan kekeringan. Ada potensi defisit pasokan listrik secara meluas. Namun ada kabar baik yaitu China dianggap lebih siap dibandingkan negara lain, menurut laporan The Lantau Group.

Apa yang menimpa China menjadi bahan pelajaran betapa penting bagi operator di seluruh dunia menjaga pasokan. Sebab bumi terus menghangat, laju perubahan iklim semakin cepat terjadi dan lebih sering datangnya musim panas. Untuk itu penting membuat perencanaan jangka panjang. 

Meskipun China dengan cepat merespon ancaman pemanasan suhu, namun tidak dengan negara-negara lain termasuk Amerika Serikat (AS).

Musim panas sebelumnya terjadi kekeringan yang terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Membuat sungai Yangtze mengering, hingga mengurangi pasokan listrik yang bersumber dari bendungan-bendungan besar di China.

Pada saat bersamaan, gelombang panas menyebabkan permintaan atas pembangkit naik, khususnya untuk menyalakan pendingin ruangan atau AC. Dua hal ini memaksa para pejabat memerintahkan penutupan pabrik-pabrik selama berminggu-minggu di provinsi Sichuan, dan aktivitas industri dibatasi selama berbulan-bulan di Yunnan. Provinsi Yunnan jadi yang paling menggantungkan energinya pada pembangkit listrik bertenaga air (PLTA).

Respon cepat terjadi, kata Mike Thomas dan David Fishman dari Lantau Group. Pada akhir tahun lalu, Sichuan menyatakan akan membangun pembangkit listrik tenaga gas baru. Mereka juga akan lebih banyak membangun jalur transmisi yang menghubungkan provinsi ini dengan jaringan listrik di sekitarnya.

Di Guangdong, wilayah yang sangat bergantung pada pasokan PLTA dari Yunnan, lewat para pejabat secara tak terduga menyetujui hadirnya 17 GW pembangkit listrik tenaga batu bara baru. Ini merupakan bagian dari pembangunan besar-besaran di seluruh negeri.

"Akankah pendekatan China untuk melindungi jaringan listriknya dari defisit di masa depan terhadap pembangkit listrik berhasil? Kami rasa iya," tulis Thomas dan Fishman.

Di lain tempat justru terjadi sebaliknya. Saat banyak pembangkit berakhir dengan over kapasitas yang membuat tidak efisien dan meningkatkan biaya pada saat bersamaan. Jaringan listrik di California dan Texas telah mengalami kekurangan dalam beberapa tahun terakhir efek naiknya permintaan dan cuaca ekstrem.

Namun demikian kedua negara bagian ini tidak membuat perubahan besar atas cara mereka mengatasi risiko cuaca di masa depan dan kebutuhan akan pasokan yang lebih andal, kata Thomas dan Fishman.

Ilustrasi suhu udara China makin panas. (dok Qilai Shen/Bloomberg)

"Jika hasilnya adalah lebih banyak investasi untuk ketahanan jaringan listrik, bahkan dengan risiko ‘redundancy’, itu masih akan jauh lebih murah daripada bila terjadi gangguan yang disebabkan oleh kekeringan 100 tahun yang bisa terjadi tahun depan yang melumpuhkan setengah dari pembangkit listrik tenaga air," ujar keduanya.

Tanpa bermaksud mengecilkan tingginya suhu di China, menurut Citigroup Inc., PLTA akan memiliki tantangan baru di masa mendatang. Ini terkait dengan peluang 90% dari cuaca El Nino antara muncul bulan Mei dan Juli. El Nino membawa membawa gelombang panas tentunya.

Cuaca China makin menghangat. (dok Bloomberg)

Dengan demikian Citigroup menurunkan peringkat China Yangtze Power Co. minggu ini karena pemanfaatan PLTA yang lebih lemah dengan asumsi bahwa curah hujan rendah akan terus berlanjut.

Sementara, kota-kota di China timur mungkin akan mengalami kekurangan listrik selama jam-jam sibuk pada musim panas ini. Pada wilayah tengah dan selatan juga akan mengalami kekurangan pasokan listrik, menurut sebuah laporan dari Shanghai Securities News, Rabu.

No more pages

Baca Juga