Dengan demikian, total penyerapan ST010 diperkirakan minimal sebesar Rp15 triliun.
Hingga Selasa siang (30/5/2023) atau 19 hari masa penawarannya, nilai pemesanan ST010 sudah hampir menembus Rp12 triliun, atau tepatnya Rp11,97 triliun. Rinciannya, untuk ST010 tenor 2 tahun atau ST010T2 diborong investor Rp8,67 triliun dan ST010 tenor 4 tahun atau ST010T4 dipesan Rp3,3 triliun.
Tambahan kuota untuk tenor pendek
Perlu dicatat, pemerintah hanya membuka tambahan kuota itu untuk ST010 yang bertenor pendek 2 tahun yang membatasi pembelian maksimal Rp5 miliar per SID. Untuk tenor 4 tahun, kuota dinyatakan sudah habis alias ditutup dari pemesanan. Maka itu, bagi para investor ritel yang masih tertarik menempatkan dana di instrumen berbasis pendapatan tetap syariah tersebut, bisa mulai menyerbu 32 mitra distribusi yang melayani pemesanan ST010-T2.
Sebagai tambahan informasi, ST010-T2 memberikan kupon sebesar 6,25% untuk tenor 2 tahun dan sistem kupon floating with floor. Artinya, kupon 6,25% adalah besar imbalan minimal yang diberikan pada investor, di mana bila di tengah masa investasi terjadi kenaikan bunga acuan, maka tingkat kupon bisa ikut naik menyesuaikan acuan tersebut.
Di sisi lain, instrumen investasi ini tidak bisa diperjualbelikan di pasar sekunder alias harus dipegang investor sampai jatuh tempo. Akan tetapi, ST010 masih membolehkan pencairan sebagian melalui fitur early redemption maksimal sebanyak 50% dari nilai investasi.
Berkaca pada penerbitan sukuk tabungan terakhir pada 2022 lalu yaitu ST009, nilai penawaran masuk menembus Rp10 triliun. Sedangkan penerbitan SBN ritel syariah terakhir tahun ini yaitu Sukuk Ritel SR018 pada Maret lalu mencatat rekor penyerapan hingga hampir Rp22 triliun.
(rui)