Saingan mereka satu-satunya adalah Samsung Electronics Inc., dengan penguasaan pasar 43% industri DRAM –hanya satu dari empat sektor setidaknya dalam kancah global yang jadi unggulan Samsung– dengan nilai transaksi mencapai US$317 miliar.
Saat AI generatif akan melesat, seperti diprediksi Nvidia dan para kliennya, maka perusahaan teknologi besar seperti Microsoft Corp. dan pemain baru OpenAI, akan menjadi pesaing serius Samsung, SK Hynix, dan Micron.
Mesin AI bekerja membaca, menganalisis data dalam pola video, audio, ataupun teks, kemudian membuat jawaban yang seakan dibuat oleh manusia. Hal ini sejatinya replika hasil rekayasa AI. Proses tersebut membutuhkan cip memori. Faktanya perusahaan AI sangat mungkin menganggarkan belanja DRAM lebih banyak dibandingkan sektor teknologi lainnya.
Meningkatnya permintaan cip memori bisa dimengerti: Cip AI Nvidia punya konfigurasi berbeda dengan processors standar, yaitu mengolah sejumlah data berjumlah besar dalam satu perintah automation, dengan mendapatkan hasilnya dalam waktu singkat. Cip AI Nvidia merealisasikan kekuatan baru dan membutuhkan informasi untuk dimasukkan ke dalam komputer dalam sekejap. Inilah peran memori cip.
Processors tidak membaca data secara langsung dari drive - itu terlalu lambat dan tidak efisien. Pilihannya adalah menyimpan dalam storage sementara di dalam cip itu sendiri. Namun ruang untuk menyimpan tidak cukup – pembuat cip lebih cenderung mengalokasikan ruang ini pada fungsi pengolah angka. Jadi opsi terbaik adalah menggunakan DRAM.
Saat kamu memproses miliaran informasi dalam sekejap, kamu membutuhkan data tersebut relatif dekat, untuk kemudian dikirimkan dengan cepat. Kekurangan DRAM yang signifikan dalam sistem akan memperlambat kerja komputer secara signifikan, setara dengan nilai pengeluaran US$10.000 untuk sebuah processors paling canggih dalam menjalankan chatbot pintar. Artinya, pada tiap processors AI kelas high-end akan disematkan 1 terabyte DRAM – ini 30 kali lebih banyak dibandingkan laptop kelas high end saat ini.
Kebutuhan memori yang besar, berarti DRAM yang dijual untuk penggunaan server akan melebihi permintaan memori smartphone pada tahun ini, kata peneliti TrendForce Corp. yang berbasis di Taipei, Taiwan.
Sistem dituntut mampu menyimpan output yang besar dengan kondisi dekat, sehingga dapat memudahkan saat membaca dan menuliskan. Hal ini dilakukan pada NAND Flash, cip yang sama digunakan pada smartphone dan sebagian laptop terbaru. Samsung saladah pemain global di bidang ini, diikuti oleh SK Hynix dan Kioxia Holdings Corp dari Jepang. Kioxia merupakan spin off bisnis milik Toshiba Corp.
DRAM dan NAND, keduanya berkontribusi sekitar US$8,9 pendapatan Samsung pada kuartal akhir. Angka ini jauh melampaui Nvidia yang sebesar US$4,3 miliar, dari bisnis data-center yang mencakup produk yang dipakai untuk AI. Meski unggul, ini merupakan kinerja terburuk divisi Samsung dalam tujuh tahun terakhir. Penjualan memori yang berhubungan dengan AI hanya mengambil porsi minim dari total pendapatan.
Kedua angka di atas diproyeksi akan terus bertambah. Untuk setiap cip AI kelas high-end yang tersedia, lusinan DRAM lainnya, akan menambah pendapatan Samsung, SK Hynix, dan Micron. Seiring dengan pertumbuhan Nvidia, akan berkorelasi pada ketiga perusahaan ini, yang secara kolektif menguasai 95% pangsa pasar.
Revolusi AI telah tiba. Ini tidak perlu disangkal. Dengan para pembuat chatbot, search engine, selalu ada processor yang mumpuni untuk menjalankan itu semua. Alhasil para produsen cip konvensional juga akan ikut arus tren ini.
(bbn)