Keadaan ini berbalik tajam dari awal tahun ini - ketika rekomendasi beli dominan untuk pasar modal China - investor saat ini kekurangan katalis untuk untung di pasar karena pemulihan pasca-Covid dan ketidakpastian peraturan di China.
Perselisihan negara ini dengan AS dalam berbagai masalah juga terus membuat investor waspada. Penolakan Beijing terhadap permintaan AS untuk pertemuan menteri pertahanan kedua negara pun menambah kegelisahan di pasar.
Indeks HSCEI telah kehilangan sekitar setengah dari kenaikan selama November-Januari. Meski beberapa sektor yang terkait dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan perusahaan milik negara telah mengalami reli, itu belum cukup untuk mengangkat pasar.
Indeks CSI 300 turun 1,2%, memperpanjang penurunan setelah menghapus semua kenaikannya pada tahun 2023. Fokus investor beraloh pada data manufaktur dan jasa China bulan Mei yang akan rilis Rabu depan. Rilis bulan lalu juga tidak menggembirakan hinga mempercepat laju penurunan.
Para ekonomi memprediksi data manufaktur tetap mengalami kontraksi, di tengah ekspansi bidang jasa yang mungkin saja melamabt. Namun, karena pasar sudah mencapai titik jenuh, dengan kekuatan indeks relatif berada di kisaran 30, beberapa diantaranya merasa ini adalah batas terendah.
"Meski kita milihat para investor yang ta sabar telah menyerah saat ini, saya kira aksi jual telah terjadi masif," kata David Chao, ahli strategi untuk pasas Asia Pasifik Invesco Asset Management di Singapura. "Ekonomi China tidak mengarah menuju resesi, seperti yang ditunjukkan dari pergerakan pasar belum lama ini."
(bbn)