Pertanyaan utama bagi dunia luar adalah apakah di periode selanjutnya Turki akan sama saja atau bergeser ke arah kebijakan yang lebih selaras dengan ekonomi global dan sekutu NATO-nya.
Lira merosot menuju rekor terendah terhadap dolar setelah Erdogan menang dalam pemungutan suara pada Minggu. Masalah pada mata uang mereka adalah Turki telah menghabiskan cadangan mata uang asingnya dan dengan lebih dari US$200 miliar pembayaran utang yang akan jatuh tempo.
"Terlepas dari tantangan ekonomi yang dihadapi oleh Turki, Erdogan tidak mungkin mendelegasikan tanggung jawab dan melunakkan gaya pemerintahannya yang sangat personal," kata Anthony Skinner, kepala riset di firma advisor dunia Marlow Global. "Dia mungkin menunjuk satu atau dua pejabat senior yang menarik untuk pasar, tetapi jelas siapa yang akan terus memberi komando."
Simsek, 56, mantan ahli strategi di Merrill Lynch, telah meminta kewenangan yang akan memungkinkannya mengembalikan keuangan negara itu kembali ke jalurnya, kata beberapa sumber.
Juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin mengatakan kepada Ahaber TV pada Senin bahwa Simsek akan "terus berkontribusi pada kebijakan ekonomi" terlepas dari apakah ia menjadi bagian dari kabinet baru atau tidak.
Simsek, yang bergabung dengan Erdogan di kampanye awal bulan itu, mengatakan dia tidak ingin kembali ke politik aktif. Erdogan dan Simsek bertemu di Ankara pada Senin, menurut dua sumber yang mengetahui dengan diskusi tersebut.
Kewenangan yang dituntut oleh Simsek sebagian besar tentang kebijakan moneter, yang sejak Maret 2021 cenderung dikontrol oleh Erdogan sejak gubernur bank sentral yang baru menjabat. Menurut para sumber, Erdogan dan Simsek kemungkinan akan sulit menjembatani hal itu.
(bbn)