"Kan kalau lima tahun enggak kunjung dilaksanakan atau enggak ada perkembangan apa-apa, ya kami tinjau kembali. Termasuk kemungkinan untuk itu [lelang ulang]. Ini sudah berapa tahun? Sekarang sudah 2023, sudah empat tahun. Makanya, kami sudah ingatkan lagi," ujar Arifin.
Dia menyebut proses divestasi Shell yang berlarut-larut telah membuat Indonesia mengalami kerugian. Potensi pendapatan negara yang seharusnya diterima menjadi nihil karena proyek Lapangan Abadi Blok Masela tak bisa berproduksi.
Puncak produksi gas yang dihasilkan dari Lapangan Abadi Blok Masela diperkirakan mencapai 9,5 juta ton per tahun (MTPA) dan 150 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).
"Lu bayangin aja, 2019 itu kita kasih PoD revisi untuk membantu keekonomian Masela. Eh, 2020 tiba-tiba Shell mundur, sampai sekarang empat tahun udah enggak ada perkembangannya. Kalau mau mundur, sebelum PoD aja mundurnya," ujarnya.
(rez/wdh)