Di sisi lain, Menteri Perdagangan Internasional, Promosi Ekspor, Usaha Kecil, dan Pembangunan Ekonomi Kanada Mary Ng mengatakan Kanada merupakan salah satu negara terdepan di dunia di bidang pertambangan.
“Dengan sektor pertambangan yang mengedepankan aspek inovasi, keberlanjutan, dan rantai pasok global, Kanada optimistis dapat menjalin kerja sama penghiliran bernilai tambah dengan Indonesia,” paparnya.
Di sisi lain, Ng menyampaikan bahwa Kanada juga mendorong agar keberterimaan sertifikasi halal dengan Indonesia dapat segera diselesaikan. Sebaliknya, dalam konteks tersebut, Indonesia pun akan mendorong proses sertifikasi halal dan meminta akses produk pertanian Indonesia ke Kanada.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kemendag, total perdagangan RI-Kanada tercatat mencapai US$4,27 miliar. Pada periode tersebut, ekspor Indonesia sebesar US$1,27 miliar dan impor US$2,99 miliar.
Kanada merupakan negara tujuan ekspor ke-30 dan asal impor ke-14 bagi Indonesia. Sementara itu, per kuatal I-2023, total perdagangan kedua negara mencapai US$971 juta atau naik 3,02% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Kanada antara lain karet alam, alas kaki kulit, alas kaki bahan kain, jaket, dan kertas. Sementara itu, komoditas impor utama Indonesia dari Kanada antara lain pupuk mineral, gandum dan meslin, serbuk kayu kimia, kedelai, dan serbuk kayu semikimia.
Pendekatan ke Peru
Pada perkembangan lain, pemerintah juga tengah menjajaki negosiasi dengan Peru sebagai negara Amerika Latin kedua setelah Cile yang memiliki pakta CEPA dengan Indonesia.
Zulkifli menjelaskan, CEPA dengan Peru akan menjadi penting agar ekspor ke Indonesia ke kawasan Amerika Selatan tidak perlu lagi melalui hub atau pihak ketiga. Berbeda dengan Kanada, putaran negosiasi CEPA dengan Peru masih belum diinisiasi.
“Indonesia mendorong tim perunding agar dapat segera menyelesaikan terms of reference perundingan, sehingga perundingan perdagangan antara Indonesia dan Peru dapat segera dimulai,” kata Zulkifli.
Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru Juan Carlos Mathews Salazar menyebut negaranya telah memiliki banyak kerja sama perdagangan bebas dengan banyak negara, tetapi belum memiliki kerja sama dengan Indonesia.
“Dengan demikian, kami sepakat untuk segera mengumumkan peluncuran perundingan Indonesia—Peru CEPA,” ujarnya.
Selama ini, Indonesia banyak mengekspor kendaraan bermotor, pupuk mineral atau kimia, alas kaki, kertas tisu, serta kertas dan karton. Sebaliknya, impor terbanyak dari Peru antara lain biji coklat, pupuk mineral atau kimia, batu bara, buah anggur, dan ekstrak sayuran.
BPS mencatat akumulasi perdagangan Indonesia dan Peru mencapai US$554 juta pada 2022. Nilai tersebut terdiri atas ekspor Indonesia ke Peru sebesar US$443 juta dan impor dari Peru US$112 juta. Indonesia mencatatkan surplus US$331 juta.
Per kuatal I-2023, total perdagangan Indonesia–Peru tercatat US$134,8 juta atau meningkat 36,12% secara tahunan. Ekspor Indonesia pada Januari—Maret 2023 senilai US$109,6 juta dengan impornya US$25,2 juta sehingga Indonesia surplus US$84,4 juta.
(wdh)