Beberapa fokus Presidensi Indonesia pada G-20 tahun lalu dan Keketuaan Indonesia pada ASEAN tahun ini juga dibahas dalam pertemuan tersebut, mulai dari sistem perpajakan internasional, hinggal Low Carbon and Climate Resilience (LCCR) serta pembiayaan iklim di Tanah Air.
Selain itu, ia mengatakan bahwa Jokowi dan sejumlah perusahaan di bidang industri energi membahas mengenai isu perubahan iklim dan pentingnya teknologi carbon capture, atau teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon.
“Sekarang concern mengenai climate change (perubahan iklim) di mana teknologi carbon capture menjadi penting. Pemerintah akan terus mendukung kebijakan-kebijakan untuk kemandirian dan ketahanan energi di Indonesia dan sekaligus juga comply atau patuh terhadap komitmen climate change di Indonesia,” ujar Menkeu.
Kedua Terkait dengan ekonomi digital, Menkeu menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia akan terus meningkatkan komunikasi mengenai pola perdagangan, mulai dari sisi pelayanan hingga sisi keamanan.
“Kita akan terus meningkatkan komunikasi bagaimana pola perdagangan di mana digital economy makin mendominasi, perlu diimbangi di satu sisi pelayanan yang baik dan juga pelayanan yang makin cepat, namun di sisi lain juga keamanan dan dari sisi integritasnya,” tuturnya.
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan, Presiden Jokowi menekankan bahwa Indonesia sebagai negara di dalam pusat pergolakan geopolitik perlu untuk melakukan kolaborasi dan kerja sama global dengan semua pihak.
“Ini sesuai dengan tujuan kita untuk terus meningkatkan ekonomi kita, kemandirian ekonomi kita, dan pada saat yang sama kerja sama di antara berbagai negara di dunia,” ucapnya.
AS merupakan salah satu mitra utama perdagangan ASEAN. Di Indonesia, 22% dari keseluruhan investasi asing langsung berasal dari negeri Paman Sam.
(evs)