Sejauh ini Visa dan Mastercard menyebut inflasi belum mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Konsumen memang lebih memilih untuk berhemat dengan membeli produk yang lebih murah. Namun Visa dan Mastercard mengklaim tetap mendapatkan pertumbuhan dari wisata dan makanan, seiring dengan pembatasan Covid-19 yang semakin longgar di berbagai negara.
“Saat kami melihat situasi ekonomi yang lebih luas, kami melihat pemulihan perjalanan antar-negara dengan kenaikan volume mencapai 59% dibandingkan tahun lalu. Kami mendukung negara-negara Asia untuk lebih membuka perbatasannya,” kata CEO Mastercard Michael Miebach.
Pada kuartal I tahun fiskal yang berakhir 31 Desember 2022, Visa membukukan laba US$ 4,18 miliar (Rp 62,55 triliun), tumbuh 6% dari posisi yang sama tahun sebelumnya. Sehingga laba per saham menjadi US$ 1,99 (Rp 29.778,36), di atas estimasi yang sebesar US$ 1,93 (Rp 28.880,52).
Sementara laba Mastercard pada kuartal IV-2022 adalah US$ 2,53 miliar (Rp 37,86 triliun). Laba per saham adalah US$ 2,62 (Rp 39.205,68), cukup jauh di atas perkiraan.
Mastercard mengungkapkan pendapatan tahun ini sepertinya akan tumbuh melambat. Sedangkan pengeluaran operasional kemungkinan turun di “pertengahan satu digit”.
(bbn)