KKDM sendiri adalah anak usaha yang 70% sahamnya dimiliki oleh PT Waskita Tol Road (WTR). Sebesar 92,10% saham WTR dimiliki oleh WSKT.
Ketiga entitas tersebut, berdasarkan laporan keuangan WSKT, tercatat masih memiliki kewajiban dari sejumlah kreditur.
Salah satunya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Sejumlah entitas WSKT, termasuk WST, tercatat memiliki utang jangka panjang ke BRI dengan total nilai Rp1,89 triliun.
Utang tersebut berasal dari kredit investasi senilai Rp1,77 triliun dan kredit interest during construction (IDC) Rp113 miliar.
Beberapa entitas WSKT lainnya, termasuk WBW juga tercatat memiliki utang jangka panjang kepada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan total nilai Rp1,71 triliun, kepada BBRI sebesar Rp194,56 miliar, kepada PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI senilai Rp942,08 miliar. Jenis fasilitas pinjaman juga berupa kredit investasi dan IDC.
Selain pinjaman bank, para entitas tersebut juga tercatat memiliki utang kepada lembaga keuangan non-bank. Misal, WST.
Perusahaan per kuartal I-2023 memiliki saldo pinjaman Rp713 miliar. Pinjaman ini berasal dari fasilitas pembiayaan dari Sarana Multi Infrastruktur (SMI) senilai Rp2,9 triliun yang diperoleh pada November 2022.
WBW juga tercatat memiliki utang Rp1,12 triliun kepada SMI.
PMN Ditunda
Sengkarut WSKT akhirnya membuat pemerintah memutuskan untuk tetap menahan PMN senilai Rp3 triliun untuk WSKT.
"Untuk Waskita Karya, rencana PMN ditunda sampai ada kejelasan restrukturisasi," ujar Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan Rionald Silaban dalam konferensi pers secara virtual.
"Sebagaimana kita ketahui, WSKT adalah perusahaan terbuka, jadi akan kita lihat program restrukturisasinya," sambung Rionald.
Rencana PMN untuk WSKT sejatinya dijadwalkan berlangsung akhir tahun lalu. Namun, dalam perjalanannya, kinerja keuangan perusahaan mengalami penurunan. Ini menyebabkan PMN ditunda.
Pengalihan Proyek
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, WSKT sudah beberapa kali menerima penyertaan modal negara (PMN). Namun, suntikan duit segar dari pemerintah rupanya tak kunjung membuat neraca keuangan WSKT membaik.
Alih-alih semakin positif, neraca keuangan justru semakin terbebani, terutama oleh pendanaan tiga proyek tol. Ketiganya adalah, Kayu Agung-Palembang-Betung (Kapalbetung), Tol Becakayu, dan tol Kriyan-Legundi-Bunder-Manyar yang merupakan bagian dari tol Surabaya-Mojokerto.
"(Ketiga) tol ini ternyata penyelesaiannya berat, sehingga membuat neraca keuangan WSKT perlu direstukturisasi terlebih dahulu," kata wakil menteri dengan sapaan akrab Tiko tersebut, Rabu (24/5/2023).
Restrukturisasi dilakukan dengan meminta penundaan pembayaran bunga atau perpanjangan tenor baik pinjaman maupun obligasi. Ini mengapa WSKT kerap menggelar rapat umum pemegang obligasi (RUPO) membahas permohonan tersebut.
Namun, proses negosiasi tersebut juga berjalan paralel dengan penyelesaian divestasi tol.
"Sebenarnya, dana dari publik dan kreditur ujungnya ada di tol ini. Oleh karena itu, yang mau kami push nanti adalah penundaan pembayaran dan perpanjangan tenor sampai WSKT bisa menjual tolnya," terang Tiko.
Prosesnya kemudian dilanjutkan dengan penyertaan modal untuk penyelesaian proyek tol. "Tapi, apakah melalui WSKT atau entitas lain, masih akan diproses dulu," tandas Tiko.
Dari tiga ruas tol yang mengganjal restrukturisasi WSKT, salah satunya memang belum sepenuhnya rampung. Ialah tol Kayu Agung-Palembang-Betung (Kapalbetung) yang perkembangan atau progress pengerjaannya baru mencapai 65% per jelang akhir bulan lalu.
Biaya yang dibutuhkan untuk membangun tol tersebut juga tidak sedikit. Pada 2021 misalnya, WSKT melalui anak usahanya, PT Waskita Toll Road (WTR) menyerap sebagian PMN Rp3 triliun untuk proyek tersebut.
Pada 2022, perusahaan kembali mendapat fasilitas pinjaman investasi senilai Rp2,9 triliun dari sejumlah kreditur.
Untuk Tol Becakayu, proyeknya baru beroperasi sepenuhnya awal kuartal kedua tahun ini. Investasi proyek ini disebut mencapai Rp9,45 triliun. Sedang ruas tol Kriyan-Legundi-Bunder-Manyar beroperasi di pertengahan kuartal satu kemarin.
(dhf/hps)