“Rata-rata biaya yang timbul dari setiap pembobolan data (data breach) tercatat terus meningkat secara konsisten dari 2019 hingga 2021,” jelas Strategist Yeang Cheng Ling dan Analis Goh Jun Yuong dari DBS.
Peningkatan ancaman serangan siber itu mau tidak mau mendorong korporasi untuk lebih serius mengantisipasi dengan menaikkan nilai belanja untuk anggaran keamanan siber. Hampir 70% perusahaan berniat meningkatkan belanja keamanan siber mereka dibandingkan 55% pada tahun sebelumnya.
Pendanaan global untuk memerangi kejahatan dunia maya secara keseluruhan akan mencapai US$1,7 triliun pada 2021 hingga 2025.
Steve Morgan, Founder Cybersecurity Ventures
DBS mencatat, pengeluaran total untuk keamanan informasi meningkat dari US$88 miliar pada 2012 menjadi US$172 miliar pada 2020. “Secara global, angkanya diperkirakan akan melonjak jauh menjadi US$270 miliar pada 2026,” tulis analis DBS.
Sepanjang 2018-2020, tercatat beberapa bidang utama pengeluaran dalam hal keamanan IT. Yaitu, keamanan endpoint dan jaringan. Lalu, manajemen identitas dan akses. Kemudian, aplikasi dan proteksi data.
“Itu akan tetap menjadi area fokus utama di mana perusahaan terus menghabiskan lebih banyak sumber daya teknologi informasi dan keamanan siber mereka di area yang luas seperti perlindungan data, ketahanan cloud, dan pertahanan total sistem TI,” jelas DBS.
“Kami yakin peningkatan anggaran siber akan menjadi kenormalan baru dalam perencanaan pengeluaran di antara perusahaan, pemerintah, organisasi, dan bahkan pengguna individu,” imbuh analis.
Menurut perkiraaan Steve Morgan, pendiri Cybersecurity Ventures, pendanaan global untuk memerangi kejahatan dunia maya secara keseluruhan akan mencapai US$1,7 triliun pada 2021 hingga 2025, naik secara signifikan dari sebesar US$3,5 miliar pada 2004. Keamanan dunia maya menjadi segmen dengan pertumbuhan tercepat dalam ekonomi informasi.
Di kawasan Asia Pasifik, berdasarkan perkiraan International Data Corporation, pengeluaran keamanan IT akan mencapai US$23 miliar pada tahun 2021, meningkat 12,6% dari tahun lalu. Angka CAGR 5 tahun diperkirakan sebesar 13% antara 2019 dan 2024, dan pengeluaran keamanan TI diperkirakan mencapai US$35 miliar pada tahun 2024.
Dengan latar belakang ini, menurut analisis DBS, Asia Pasifik akan menjadi salah satu kawasan dengan pertumbuhan tercepat dalam adopsi keamanan informasi di bidang-bidang berikut: perangkat keras, jaringan, layanan, perangkat lunak, dan integrasi sistem.
Selama pandemi Covid-19, lembaga keuangan dan platform media sosial di Asia Tenggara termasuk yang paling sering terpapar aktivitas phishing dunia maya, membenarkan perlunya meningkatkan kesiapan dunia maya.
(rui/dba)