Heru sendiri memberikan apresiasi terhadap manajemen BFI Finance yang cukup terbuka dan adil dengan langsung mengakui adanya serangan siber pada layanannya. Hal ini memberikan kepastian kepada masyarakat.
Meski demikian, dia meminta BFI Finance segera melakukan audit forensik secara menyeluruh, termasuk menelusuri siapa dan di mana titik serangan bisa masuk. Selain itu, BFI juga wajib cepat mendeteksi data apa saja yang mungkin sudah berhasil diakses atau diambil para pelaku.
Sebelumnya, emiten pembiayaan milik Jerry Ng dan Garibaldi 'Boy' Thohir tersebut mengatakan tengah mematikan sementara atau temporary switch off beberapa sistem utama yang menyebabkan terganggunya layanan kepada konsumen dan sebagian kegiatan operasional perusahaan. BFIN juga memastikan, sampai saat ini belum ada indikasi terjadinya kebocoran data konsumen.
Serangan siber tersebut terjadi di hari minggu. Sehari setelahnya, Senin (22/5/2023), harga saham BFIN sempat anjlok 5,02% ke level Rp1.230/saham, yang merupakan level terendah di hari itu, meski pada penutupan kembali ke level Rp1.240/saham.
Kemarin, saham BFIN naik 3,67% ke level Rp 1.270/saham. Meski begitu, harga masih mengakumulasi penurunan 5,93% selama satu pekan perdagangan terakhir.
Heru mengatakan, keputusan switch off sistem layanan belum tentu memberikan kepastian keamanan data. Menurut dia, jika keputusan mematikan sistem diambil sebelum terjadi peretasan, seluruh data pasti masih aman. Akan tetapi, jika keputusan tersebut usai ada deteksi serangan, kemungkinan pelaku sudah melakukan sejumlah kejahatan datan.
"Memang ada potensi aman kalau penjahat siber belum melakukan apa apa atau pencurian masih belum selesai dilakukan," ujar dia.
Selain itu, dia juga belum bisa memastikan apakah pelaku serangan siber kepada BSI dan BFI merupakan orang atau kelompok yang sama. Meski demikian, dia menduga pola kejahatannya akan mirip yaitu membobol sistem dan meminta uang tebusan.
(frg)