Untuk mengimbangi kucuran investasi yang besar, Xiaomi menjalankan strategi menekan biaya marketing. Pada capaian laba bersih dilaporkan berada di 4,2 miliar Yuan atau setara US$596 juta pada Maret 2023. Xiaomi mendapat keuntungan investasi lebih dari US$3,5 miliar Yuan. Angka yang melebihi estimasi banyak pihak, 2,5 miliar Yuan.
Meski turun pendapatan perusahaan juga melampaui perkiraan, 58,8 miliar Yuan. Realisasi pendapatan pada kuartalan 59,5 miliar Yuan.
Sampai dengan pengembangan kendaraan listrik menunjukkan langkah nyata, Xiaomi masih mengandalkan bisnis elektroniknya, juga layanan online, meski keduanya terpengaruh oleh perlambatan ekonomi China.
Penurunan ponsel sekitar dua digit untuk pasar dunia diprediksi belum berakhir. Mengutip data IDC terbaru, pengiriman unit Xiaomi turun 23,5% selama kuartal pertama.
“Dari semua pemasok berjuang menghadapi ekonomi yang sulit. Xiaomi menanggung beban terberat. Inventori perusahaan tertinggi ada pada semua daerah,” kata Direktur Riset dari IDC Worldwide Tracker, Nabila Popal.
“Xiaomi juga kehilangan pasar utamanya di India, yang tentu menyakitkan bagi perusahaan.”
Pada Februari lalu perusahaan meluncurkan ponsel terbaru, Xiaomi 13 Pro, kemudian diikuti dengan seri Ultra dengan harga 6.499 Yuan bulan April. Kedua produk ini memiliki fitur unggulan, kamera Leica AG dengan sensor gambar 1-inch, pasokan Sony.
Produk terbaru tersebut diklaim unggul pada ragam ponsel kelas premium Xiaomi lain. Baik Xiaomi ataupun perusahaan lain di pasar elektronik tengah mengestimasi kapan masalah kelebihan pasokan ini akan diatasi.
“Semua orang cemas tentang gelombang (tantangan) ini akan membaik dan ingin segera pulih,” kata Popal. “Tapi situasi kali ini rumit. Siapapun yang melompat terlalu cepat, akan tenggelam dalam artinya lebihan pasokan.”
(bbn)