Namun, proses negosiasi tersebut juga berjalan paralel dengan penyelesaian divestasi tol.
"Sebenarnya, dana dari publik dan kreditur ujungnya ada di tol ini. Oleh karena itu, yang mau kami push nanti adalah penundaan pembayaran dan perpanjangan tenor sampai WSKT bisa menjual tolnya," terang Tiko.
Prosesnya kemudian dilanjutkan dengan penyertaan modal untuk penyelesaian proyek tol. "Tapi, apakah melalui WSKT atau entitas lain, masih akan diproses dulu," tandas Tiko.
Dari tiga ruas tol yang mengganjal restrukturisasi WSKT, salah satunya memang belum sepenuhnya rampung. Ialah tol Kayu Agung-Palembang-Betung (Kapalbetung) yang perkembangan atau progress pengerjaannya baru mencapai 65% per jelang akhir bulan lalu.
Biaya yang dibutuhkan untuk membangun tol tersebut juga tidak sedikit. Pada 2021 misalnya, WSKT melalui anak usahanya, PT Waskita Toll Road (WTR) menyerap sebagian PMN Rp3 triliun untuk proyek tersebut.
Pada 2022, perusahaan kembali mendapat fasilitas pinjaman investasi senilai Rp2,9 triliun dari sejumlah kreditur.
Untuk Tol Becakayu, proyeknya baru beroperasi sepenuhnya awal kuartal kedua tahun ini. Investasi proyek ini disebut mencapai Rp9,45 triliun. Sedang ruas tol Kriyan-Legundi-Bunder-Manyar beroperasi di pertengahan kuartal satu kemarin.
Dalam pengerjaannya, WSKT banyak menggunakan pinjaman bank maupun surat utang yang juga dikombinasikan dengan PMN.
(yun/dhf)