Goldman mulai berinvestasi di usaha rintisan global melalui perusahaan khusus sejak 2022, dan investasi di Go menandai pengeluaran terbesarnya di Jepang melalui perusahan ini. Investasi ini meningkatkan valuasi Go sebesar 5% dari putaran pendanaan sebelumnya dua tahun lalu.
"Kami ingin memperkuat modal kami untuk inisiatif bisnis baru dan mendiversifikasi pemangku kepentingan dengan mengundang pemain keuangan non-Jepang, kami menargetkan IPO dalam beberapa tahun ke depan," kata Nakajima dalam sebuah wawancara.
Go meluncurkan aplikasi taksi online pada tahun 2020 dan dengan cepat menjadi platform yang paling banyak digunakan di Jepang. Go memiliki sejarah cukup bagus, dimana Nakajima yang berusia 45 tahun sebelumnya memimpin aplikasi pemesanan taksi online DeNA Co.
Go mendapatkan keuntungan karena aplikasi daring Uber Technologies Inc dilarang di Jepang. Ini memungkinkan setiap orang bisa menjadi pengemudi taksi online.
Sebagai gantinya, Nakajima bekerja sama dengan perusahaan taksi yang sudah ada - dan menambah biaya pemesanan dan penjemputan, untuk meningkatkan pendapatan.
Sekarang Go menguasai 70% pasar domestik, menurut Nakajima, melampaui Uber, Didi Global Inc. dan Sony Group Corp, yang mengoperasikan perusahaan patungan bernama S.Ride.
"Berkat hukum di sini, pasar terlindungi dengan baik dan kami tidak perlu mengorbankan pendapatan untuk mempertahankan pangsa pasar," ujar presiden Go.
Perusahaan ini menjadi sebagai alat bagi para pengemudi untuk menghasilkan lebih banyak uang, bukan sebagai ancaman. Hubungannya dengan perusahaan taksi dan pengemudi adalah kuncinya, karena dengan memiliki daftar yang besar, perusahaan dapat dengan cepat merespons para pengguna aplikasi.
Go menggunakan kecerdasan buatan untuk menyarankan rute. Hal ini dapat memaksimalkan peluang menjemput penumpang.
Kecerdasan buatan ini juga memberikan informasi terbaru mengenai perbaikan jalan dan tips navigasi yang lebih aman. Setengah dari pendapatan perusahaan berasal dari mitra bisnisnya.
Aplikasi Go telah diunduh lebih dari 14 juta kali, dan pendapatannya diperkirakan akan tumbuh 70% menjadi ¥18 miliar pada tahun fiskal yang berakhir bulan ini.
"Tujuan kami adalah menjadikan Go sebagai metode termudah untuk memesan taksi bagi setiap pelanggan di Jepang dan mitra yang paling dapat diandalkan bagi para pengemudi untuk mendapatkan lebih banyak pendapatan," kata Nakajima.
Perusahaan belum mencapai titik impas, karena mereka menghabiskan biaya iklan secara agresif untuk menarik lebih banyak pelanggan. Nakajima mengatakan bahwa Go dapat segera menghasilkan keuntungan jika dirasa perlu. Caranya dengan mengurangi kampanye perekrutan. Namun para pemangku kepentingannya, termasuk Goldman, mendukung strategi pemasaran Go dengan kecepatan penuh.
"Mobilitas adalah bagian integral dari kehidupan kita sehari-hari, dan Go berada di posisi yang tepat untuk memimpin digitalisasi dan inovasi pasar taksi di Jepang," kata Stephanie Hui, global co-head growth equity di Goldman Sachs.
Jepang, uang tunai masih menjadi raja, tertinggal dari negara-negara maju lainnya dalam hal adopsi pembayaran dan layanan digital. Sebagian besar negara lain telah memiliki platform mobilitas yang sudah ada - seperti Uber, Didi, atau Lyft Inc - sehingga membatasi potensi ekspansi Go di luar pasar lokal.
Go tidak tertarik untuk melakukan ekspansi ke luar negeri dan Jepang sendiri memberikan ruang yang cukup bagi perusahaan untuk berkembang, kata pimpinannya.
"Jika Anda melihat ke seluruh dunia, tidak diragukan lagi bahwa pasar mobilitas Jepang, di mana hanya 10% dari perjalanan mitra bisnis kami yang dilakukan melalui aplikasi, pada akhirnya akan terdigitalisasi secara penuh," katanya.
"Jepang adalah pasar terakhir yang belum berkembang dalam hal digitalisasi mobilitas, dan merupakan pasar yang besar dan sehat."
Selain meningkatkan biaya pemasaran, perusahaan akan menggunakan dana yang terkumpul untuk inisiatif bisnis baru, seperti sistem manajemen mobil. Tujuannya mendorong operator taksi yang enggan mengadopsi kendaraan listrik.
"Sulit untuk membujuk perusahaan taksi untuk melakukan dekarbonisasi hanya demi lingkungan, dan itulah mengapa kami membuat platform berbasis AI yang akan membuat kendaraan listrik lebih menguntungkan bagi mereka," kata Nakajima. Platform ini akan membantu menyederhanakan masalah operasional seperti menemukan stasiun pengisian daya.
Go secara aktif mencari peluang pada industri terkait di Jepang, seperti logistik, yang sebagian besar masih belum tersentuh oleh teknologi digital. Go bersedia menghabiskan puluhan miliar yen untuk sebuah kesepakatan.
"Saya tahu bahwa ukuran itu agak sulit untuk perusahaan seperti kami, tetapi ada banyak alat keuangan yang dapat kami manfaatkan,tujuan kami adalah menjadi platform mobilitas yang dominan di Jepang," pungkas dia.
- Dengan Asistensi Takahiko Hyuga.
(bbn)