CEO Daniel Zhang pekan lalu menguraikan rincian perombakan tersebut untuk pertama kalinya. Di dalamnya termasuk rencana untuk sepenuhnya melepaskan kendali atas bisnis yang dikenal sebagai Alibaba Cloud, sebuah divisi bisnis yang pernah berkembang pesat dan memiliki potensi untuk memperkuat perusahaan seperti yang dilakukan oleh Amazon Web Services untuk Amazon.com Inc.
Menurut analis Bloomberg Intelligence, penghematan Alibaba dari PHK 7% tenaga kerja divisi cloud-nya, mungkin tidak cukup untuk mengimbangi penurunan laba segmen ini karena penerapan kebijakan diskon harga dan pembebasan biaya serta memenuhi konsensus pertumbuhan 51% dari tahun ke tahun di Ebita yang disesuaikan pada tahun fiskal 2024.
"Hal ini terlepas dari penurunan 15% dalam estimasi laba cloud dalam tiga minggu yang berakhir pada 23 Mei. Kami percaya bahwa kenaikan pendapatan cloud setidaknya 15% dibandingkan tahun lalu setelah PHK dapat membantu segmen ini memenuhi ekspektasi laba," ujar Catherine Lim and Trini Tan, analis Bloomberg Intelligence.
Beberapa analis menilai bisnis ini bernilai lebih dari US$30 miliar, dan jadi penerima manfaat terbesar dari peningkatan pasca-ChatGPT yang bergantung pada sumber daya cloud untuk melatih model AI generasi mendatang. Perwakilan cloud tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Alibaba memilih unit cloud sebagai kandidat IPO karena model bisnis dan profil pelanggannya yang lebih berkembang. Zhang mengatakan perlu menyederhanakan struktur keseluruhan dan menanggapi kebutuhan pasar. Platform cloud mandiri dapat tumbuh suatu hari nanti, bahkan melampaui ukuran Alibaba jika menarik pembiayaan eksternal yang tepat, katanya kepada para analis pekan lalu.
Alibaba menginvestasikan puluhan miliar selama lebih dari satu dekade dalam bisnis hosting cloud computing untuk perusahaan melalui internet. Selama bertahun-tahun, ini adalah salah satu pencapaian paling membanggakan Alibaba dan sering mendapatkan pujian sebagai bisnis yang bisa melampaui para saingan seperti Tencent hingga Baidu Inc. Mereka tumbuh secara global dibandingkan divisi lain, dan mempelopori inisiatif internal yang penting.
Namun pengawasan pemerintah terhadap layanan cloud yang dioperasikan oleh perusahaan swasta meningkat sekitar tahun 2020, saat Beijing semakin dibuat curiga oleh penyimpanan data sensitif dan berharga milik pribadi. Hal ini memicu tindakan keras di ranah internet.
Pada tahun fiskal 2022, mereka menghasilan hampir US$12 miliar pendapatan untuk perusahaan, 8% didapatkan dari omzet. Hal ini sangat penting hingga pada Maret, saat Alibaba pertama kali mengungkap pembubaran enam arahnya, Zhang secara pribadi memimpin apa yang dia sebut sebagai divisi Cloud Intelligence, yang tampaknya menandakan bahwa divisi tersebut bakal melakukan hal-hal yang lebih besar.
"Bisnis cloud relatif independen dan berbeda dari bisnis yang dihadapi konsumen lainnya," tulis analis Jefferies Thomas Chong pada Jumat (19/05/2023). Mereka ingin 'memperkenalkan investor strategis yang dapat membantu mengembangkan bisnis'.
(bbn)